Dalam hening malam yang sunyi dan pekat, Â
Aku mendengar suara-suara merintih, Â
Jeritan jiwa yang terluka dan tersayat, Â
Dalam tawa palsu yang memekik perih. Â
Menyumpah serapah di balik tembok beton, Â
Di bawah gemerlap lampu kota yang dingin, Â
Ada mereka yang terpinggirkan dan terlewatkan, Â
Terlupakan dalam hiruk pikuk kesibukan. Â
Negeri ini, tanah yang ku pijak dengan harapan, Â
Telah berubah menjadi ladang penghisap darah, Â
Di mana yang kuat menginjak yang lemah, Â
Dan yang kaya merampas hak yang miskin. Â
Menyumpah serapah atas janji-janji manis, Â
Yang terucap di panggung megah penuh dusta, Â
Janji yang hanya menjadi angan-angan nisbi, Â
Tanpa ada niat untuk mengubah fakta. Â
Tangan-tangan yang seharusnya merangkul, Â
Kini menggenggam erat kekuasaan dan harta, Â
Membiarkan anak-anak negeri terlunta, Â
Dalam derita dan kemiskinan yang tiada tara. Â
Menyumpah serapah pada para pemimpin, Â
Yang duduk nyaman di singgasana emas, Â
Tak peduli pada rakyat yang menderita, Â
Hanya sibuk menghitung laba dan modal. Â
Oh, negeri ku, kapan kau akan sadar? Â
Bahwa kemakmuran bukan milik segelintir, Â
Bahwa kesejahteraan harus untuk semua, Â
Bukan hanya untuk mereka yang berkuasa. Â
Menyumpah serapah pada sistem yang beku, Â
Yang meminggirkan keadilan dan kemanusiaan, Â
Mengagungkan kapital dan egoisme semu, Â
Melupakan nilai-nilai luhur peradaban. Â
Namun di balik sumpah serapah ini, Â
Masih ada harapan yang tak pernah mati, Â
Bahwa suatu hari nanti, Â
Kebenaran akan menemukan jalannya sendiri. Â
Di mana anak-anak negeri bisa tersenyum, Â
Menyambut pagi dengan semangat baru, Â
Tanpa rasa takut, tanpa rasa pilu, Â
Di negeri yang adil, sejahtera, dan bersatu. Â
Menyumpah serapah adalah jeritan hati, Â
Yang tak akan pernah diam dan berhenti, Â
Selama ketidakadilan masih berdiri, Â
Di atas bumi pertiwi ini. Â
Suatu hari nanti, sumpah serapah ini, Â
Akan berubah menjadi lagu kemenangan, Â
Saat keadilan dan cinta memimpin, Â
Dan kesetaraan menjadi kenyataan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H