Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menyumpah Serapah

30 Juli 2024   18:40 Diperbarui: 30 Juli 2024   18:46 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam hening malam yang sunyi dan pekat,  

Aku mendengar suara-suara merintih,  

Jeritan jiwa yang terluka dan tersayat,  

Dalam tawa palsu yang memekik perih.  

Menyumpah serapah di balik tembok beton,  

Di bawah gemerlap lampu kota yang dingin,  

Ada mereka yang terpinggirkan dan terlewatkan,  

Terlupakan dalam hiruk pikuk kesibukan.  

Negeri ini, tanah yang ku pijak dengan harapan,  

Telah berubah menjadi ladang penghisap darah,  

Di mana yang kuat menginjak yang lemah,  

Dan yang kaya merampas hak yang miskin.  

Menyumpah serapah atas janji-janji manis,  

Yang terucap di panggung megah penuh dusta,  

Janji yang hanya menjadi angan-angan nisbi,  

Tanpa ada niat untuk mengubah fakta.  

Tangan-tangan yang seharusnya merangkul,  

Kini menggenggam erat kekuasaan dan harta,  

Membiarkan anak-anak negeri terlunta,  

Dalam derita dan kemiskinan yang tiada tara.  

Menyumpah serapah pada para pemimpin,  

Yang duduk nyaman di singgasana emas,  

Tak peduli pada rakyat yang menderita,  

Hanya sibuk menghitung laba dan modal.  

Oh, negeri ku, kapan kau akan sadar?  

Bahwa kemakmuran bukan milik segelintir,  

Bahwa kesejahteraan harus untuk semua,  

Bukan hanya untuk mereka yang berkuasa.  

Menyumpah serapah pada sistem yang beku,  

Yang meminggirkan keadilan dan kemanusiaan,  

Mengagungkan kapital dan egoisme semu,  

Melupakan nilai-nilai luhur peradaban.  

Namun di balik sumpah serapah ini,  

Masih ada harapan yang tak pernah mati,  

Bahwa suatu hari nanti,  

Kebenaran akan menemukan jalannya sendiri.  

Di mana anak-anak negeri bisa tersenyum,  

Menyambut pagi dengan semangat baru,  

Tanpa rasa takut, tanpa rasa pilu,  

Di negeri yang adil, sejahtera, dan bersatu.  

Menyumpah serapah adalah jeritan hati,  

Yang tak akan pernah diam dan berhenti,  

Selama ketidakadilan masih berdiri,  

Di atas bumi pertiwi ini.  

Suatu hari nanti, sumpah serapah ini,  

Akan berubah menjadi lagu kemenangan,  

Saat keadilan dan cinta memimpin,  

Dan kesetaraan menjadi kenyataan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun