Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sepercik Harapan

30 Juli 2024   13:20 Diperbarui: 30 Juli 2024   13:21 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di sudut senja yang memerah jingga,

Kala mentari perlahan tenggelam di balik bukit,

Di situlah kutemukan secercah cahaya,

Sepercik harapan yang tak pernah pudar.

Angin lembut membelai wajah lelah,

Mengusik jiwa yang terpendam gelisah,

Seolah membisikkan mantra suci,

"Jangan pernah menyerah, meski badai terus menggejolak."

Harapan itu hadir dalam bisik-bisik,

Di antara desir ombak yang memecah karang,

Seakan lautan mengirimkan pesan rahasia,

Tentang keberanian dan kekuatan tanpa batas.

Di tengah malam yang sunyi mencekam,

Bintang-bintang berkilauan di langit kelam,

Seperti mata malaikat yang menjaga mimpi,

Menyulut asa di setiap mimpi yang tergenggam.

Saat langkah terasa berat meniti jalan,

Saat hati nyaris terjerat keputusasaan,

Harapan bagaikan mercusuar di tengah samudera,

Menuntun arah, memberikan cahaya di ujung gulita.

Ketika hidup seakan menjadi beban,

Sepercik harapan menyelinap di antara beban,

Mengalir dalam aliran darah yang menghangatkan,

Memberi kekuatan untuk bangkit dan berjuang.

Harapan tumbuh dari cinta dan keyakinan,

Dari doa yang terlantun dalam kesunyian malam,

Dari tangan-tangan yang saling menggenggam erat,

Dalam kebersamaan, kita temukan semangat.

Wajah-wajah penuh senyum di balik kesulitan,

Mata-mata yang berbinar meski tertutup air mata,

Mereka adalah cerminan dari harapan yang tak pernah pudar,

Mengguratkan kisah tentang keteguhan dan kepercayaan.

Sepercik harapan adalah doa yang tak berkesudahan,

Adalah kekuatan yang datang dari kedalaman jiwa,

Adalah cahaya yang takkan pernah redup,

Menjadi penuntun di setiap langkah dan waktu.

Serpihan malam

Getaran-getaran halus

Menggenggam lurus

Dalam detik ini

Ingin ku selimuti

Bayang-bayang sepi

 

Aku kehilangan bayangmu

Kusapu bekas bayangmu

Aku masih seperti kemarin

Menanti dalam hening

Namun kau tak bergeming

Menuju ke arahku

 

Entahlah... mungkin aku harus berlalu

Mengalah pada waktu

Karena aku didirimu

Hanya sebagai sosok semu

Aku cukup berdiri disini

Tanpa segala sesuatu tentangmu

Meski rintangan berdiri kokoh menghadang,

Meski kegelapan sering kali mengaburkan pandangan,

Harapan adalah bintang yang setia memandu,

Menunjukkan bahwa ada sinar di balik awan kelabu.

Di penghujung hari, saat kita menutup mata,

Harapan berbisik lembut di telinga,

"Teruslah bermimpi, teruslah berjuang,

Sepercik harapan akan selalu menyertai perjalananmu."

Dengan hati yang penuh percaya,

Dengan semangat yang tak pernah surut,

Kita arungi setiap gelombang kehidupan,

Bersama sepersik harapan, kita raih masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun