**Perspektif Marhaenis Religius terhadap Atheisme**
Dari perspektif Marhaenis yang religius terutama mereka yang berpegang teguh pada Sosio-Nasionalisme - Sosio-Demokrasi - Berketuhanan yang akrab denagn istilah TRISILA (intisari dari Pancasila), atheisme mungkin dilihat sebagai ancaman terhadap nilai-nilai moral yang dipegang teguh dalam perjuangan mereka. Soekarno sendiri sering mengingatkan bahwa perjuangan tanpa landasan moral dan spiritual bisa kehilangan arah dan menjadi destruktif. Dalam pandangan ini, agama memberikan panduan dan motivasi untuk terus berjuang demi keadilan sosial.
Namun, penting juga untuk mengakui bahwa pandangan ini bisa menjadi bahan diskusi yang konstruktif. Marhaenis religius dan atheis bisa berdialog tentang bagaimana moralitas dan etika bisa dijaga dan diterapkan dalam perjuangan sosial tanpa harus mengorbankan prinsip dasar masing-masing.
**Kesimpulan**
Kontradiksi antara Marhaenisme dan atheisme terletak pada perbedaan mendasar dalam hal spiritualitas dan sumber moralitas. Marhaenisme, dengan akar spiritualnya, melihat agama sebagai sumber moralitas dan panduan hidup, sementara atheisme menolak agama sebagai dasar moralitas dan lebih mengandalkan logika dan rasionalitas.
Namun, keduanya juga memiliki interseksi dalam perjuangan melawan ketidakadilan sosial dan penindasan. Dialog antara Marhaenis religius dan atheis bisa menjadi sarana untuk memperkuat perjuangan sosial dengan menghormati perbedaan pandangan dan mencari titik temu dalam tujuan bersama.
Dengan demikian, meskipun terdapat kontradiksi yang signifikan antara Marhaenisme dan atheisme, keduanya juga memiliki potensi untuk saling melengkapi dalam upaya mencapai keadilan sosial dan kesejahteraan bagi rakyat kecil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H