Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kontradiksi Antara Marhaenisme dan Atheisme

30 Juli 2024   04:08 Diperbarui: 30 Juli 2024   04:49 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Marhaenisme dan atheisme adalah dua konsep yang, pada pandangan pertama, mungkin tampak tidak berkaitan. Namun, dalam konteks ideologi dan filosofi, keduanya memiliki interseksi yang menarik untuk dieksplorasi. Marhaenisme, yang berasal dari pemikiran Bung Karno, menekankan pada keadilan sosial dan pemberdayaan rakyat kecil, sementara atheisme menolak keberadaan Tuhan atau kekuatan supernatural. Menelaah kontradiksi antara Marhaenisme dan atheisme memberikan wawasan mendalam tentang kompleksitas ideologi dan bagaimana mereka berinteraksi dalam konteks politik dan sosial.

**Marhaenisme: Ideologi Kerakyatan**

Marhaenisme adalah sebuah ideologi yang dirumuskan oleh Soekarno berdasarkan pengalaman pribadinya dengan seorang petani bernama Marhaen. Ideologi ini berfokus pada pemberdayaan rakyat kecil, menentang imperialisme, kolonialisme, dan kapitalisme. Dalam pandangan Marhaenisme, keadilan sosial hanya bisa tercapai jika rakyat kecil memiliki akses yang adil terhadap sumber daya dan kesempatan untuk berkembang.

Marhaenisme juga memiliki elemen spiritualitas yang kuat. Soekarno sendiri adalah seorang yang sangat percaya pada pentingnya agama dalam kehidupan manusia. Ia sering menekankan bahwa perjuangan untuk keadilan sosial harus didasarkan pada nilai-nilai moral dan etika yang seringkali berakar pada ajaran agama. Dalam konteks ini, Marhaenisme tidak hanya merupakan ideologi politik, tetapi juga filosofi hidup yang mencakup aspek spiritual dan moral.

**Atheisme: Penolakan terhadap Keberadaan Tuhan**

Atheisme, di sisi lain, adalah pandangan yang menolak keberadaan Tuhan atau kekuatan supernatural. Atheis mengandalkan logika, bukti empiris, dan rasionalitas sebagai dasar untuk memahami dunia. Dalam konteks politik dan sosial, atheisme sering kali dihubungkan dengan gerakan sekularisme yang berusaha memisahkan pengaruh agama dari pemerintahan dan kebijakan publik.

Atheisme tidak memiliki satu set nilai atau prinsip moral yang seragam karena pandangan ini lebih merupakan posisi mengenai keberadaan Tuhan daripada sebuah ideologi sosial atau politik. Namun, banyak atheis yang mendukung nilai-nilai humanis, seperti hak asasi manusia, kebebasan individu, dan egalitarianisme, yang juga ditemukan dalam Marhaenisme.

**Kontradiksi dan Interseksi**

Kontradiksi antara Marhaenisme dan atheisme terutama terletak pada aspek spiritualitas dan nilai moral yang dipegang oleh masing-masing pandangan. Marhaenisme, dengan akar spiritualnya, melihat agama sebagai sumber moralitas dan panduan hidup. Sebaliknya, atheisme menolak agama sebagai dasar moralitas dan lebih mengandalkan logika dan rasionalitas.

Namun, ada juga interseksi yang menarik antara keduanya. Keduanya menentang penindasan dan ketidakadilan sosial. Marhaenisme menentang kapitalisme dan imperialisme, yang dilihat sebagai sistem yang menindas rakyat kecil. Atheisme, khususnya dalam bentuk sekularisme, menentang dominasi agama dalam pemerintahan dan kebijakan publik, yang sering kali digunakan untuk membenarkan ketidakadilan dan penindasan.

Di beberapa kasus, atheisme dan Marhaenisme bisa bertemu dalam perjuangan melawan ketidakadilan sosial. Misalnya, seorang Marhaenis yang juga atheis mungkin memperjuangkan keadilan sosial dengan cara yang berbeda dari Marhaenis yang religius, tetapi tujuan akhirnya tetap sama: keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat kecil. 

**Perspektif Marhaenis Religius terhadap Atheisme**

Dari perspektif Marhaenis yang religius terutama mereka yang berpegang teguh pada Sosio-Nasionalisme - Sosio-Demokrasi - Berketuhanan yang akrab denagn istilah TRISILA (intisari dari Pancasila), atheisme mungkin dilihat sebagai ancaman terhadap nilai-nilai moral yang dipegang teguh dalam perjuangan mereka. Soekarno sendiri sering mengingatkan bahwa perjuangan tanpa landasan moral dan spiritual bisa kehilangan arah dan menjadi destruktif. Dalam pandangan ini, agama memberikan panduan dan motivasi untuk terus berjuang demi keadilan sosial.

Namun, penting juga untuk mengakui bahwa pandangan ini bisa menjadi bahan diskusi yang konstruktif. Marhaenis religius dan atheis bisa berdialog tentang bagaimana moralitas dan etika bisa dijaga dan diterapkan dalam perjuangan sosial tanpa harus mengorbankan prinsip dasar masing-masing.

**Kesimpulan**

Kontradiksi antara Marhaenisme dan atheisme terletak pada perbedaan mendasar dalam hal spiritualitas dan sumber moralitas. Marhaenisme, dengan akar spiritualnya, melihat agama sebagai sumber moralitas dan panduan hidup, sementara atheisme menolak agama sebagai dasar moralitas dan lebih mengandalkan logika dan rasionalitas.

Namun, keduanya juga memiliki interseksi dalam perjuangan melawan ketidakadilan sosial dan penindasan. Dialog antara Marhaenis religius dan atheis bisa menjadi sarana untuk memperkuat perjuangan sosial dengan menghormati perbedaan pandangan dan mencari titik temu dalam tujuan bersama.

Dengan demikian, meskipun terdapat kontradiksi yang signifikan antara Marhaenisme dan atheisme, keduanya juga memiliki potensi untuk saling melengkapi dalam upaya mencapai keadilan sosial dan kesejahteraan bagi rakyat kecil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun