Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Janji Manis

26 Juli 2024   21:37 Diperbarui: 26 Juli 2024   21:37 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di kota gemerlap dengan gedung-gedung tinggi,  

Di bawah sinar lampu yang memancar terang,  

Ada janji-janji manis berhembus di udara,  

Menjanjikan kesejahteraan, kemakmuran, dan kebahagiaan.

Para pemimpin dengan suara lantang,  

Mengumbar kata-kata penuh harapan,  

Menjanjikan masa depan yang cerah,  

Menyulut api mimpi di hati rakyat jelata.

Namun, di balik janji manis itu,  

Ada realita pahit yang tersembunyi,  

Korupsi merajalela, merusak tatanan,  

Menelan kepercayaan, melumpuhkan harapan.

Di jalanan berdebu, rakyat merintih,  

Dihimpit beban hidup yang kian berat,  

Janji manis itu tak lagi terasa nyata,  

Hanya ilusi yang menghiasi mimpi malam.

Pekerja keras di pabrik dan ladang,  

Mengejar mimpi yang kian menjauh,  

Janji manis tak kunjung terwujud,  

Hanya menyisakan luka dan derita.

Kaum marhaen di pelosok desa,  

Mengharap perubahan yang dijanjikan,  

Namun janji manis itu hanya fatamorgana,  

Yang menghilang saat dipegang.

Di gedung-gedung megah para pemimpin berdiskusi,  

Merancang janji-janji baru yang menggiurkan,  

Tapi suara rakyat tak pernah didengar,  

Hanya jadi latar belakang kebisingan kota.

Kita berdiri di persimpangan sejarah,  

Dengan janji manis yang terus menghantui,  

Masa depan yang dijanjikan kian buram,  

Dalam bayang-bayang realita yang tak berujung.

Di setiap musim kampanye,

Janji-janji berhamburan seperti hujan,

Manis di telinga, namun pahit di hati,

Saat kenyataan berbicara tanpa basa-basi.

 

Mereka yang berkuasa,

Menyulam kata dengan indah,

Namun di balik layar,

Rakyat menangis dalam sunyi.

 

Di bawah sinar kamera,

Segala nampak sempurna,

Namun di lorong-lorong sunyi,

Kejujuran terbungkus rapat oleh dusta.

 

Kapan kita akan sadar,

Bahwa janji hanya sekedar janji,

Jika tidak diiringi tindakan nyata,

Yang berpihak pada mereka yang terluka?

Mari kita bangkit dari keterpurukan,  

Menggenggam harapan di tangan kita sendiri,  

Mewujudkan janji-janji yang nyata dan tulus,  

Bukan sekadar kata-kata manis yang hampa.

Dengan semangat bersama, kita bisa,  

Merajut masa depan yang lebih baik,  

Menghapus janji manis yang palsu,  

Membangun negeri dengan cinta dan kerja nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun