Namun janji manis itu hanya fatamorgana, Â
Yang menghilang saat dipegang.
Di gedung-gedung megah para pemimpin berdiskusi, Â
Merancang janji-janji baru yang menggiurkan, Â
Tapi suara rakyat tak pernah didengar, Â
Hanya jadi latar belakang kebisingan kota.
Kita berdiri di persimpangan sejarah, Â
Dengan janji manis yang terus menghantui, Â
Masa depan yang dijanjikan kian buram, Â
Dalam bayang-bayang realita yang tak berujung.
Di setiap musim kampanye,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!