Di pelataran senja yang redup, aku berdiri,
Menghadap bayang-bayang masa lalu yang tak terhindarkan.
Di setiap hembusan angin, terngiang kenangan,
Tentang tawa yang pernah kita bagi, tentang janji yang pernah kita ikrarkan.
Rindu ini membebani hati, bagai kabut tebal di pagi hari,
Yang enggan berlalu meski mentari telah tinggi.
Aku merindukanmu, sahabatku, dalam setiap hela napas,
Namun, kekecewaan ini menyelinap di setiap sela rasa rindu yang tak terelakkan.
Dulu, persahabatan kita ibarat pilar kokoh,
Tempat bersandar di kala badai menerjang.
Kini, pilar itu retak, hancur perlahan,
Seiring waktu yang mengikis kepercayaan.
Apa yang terjadi di antara kita, sahabat?
Apa yang mengubah hangatnya kebersamaan menjadi dingin tak berperasaan?
Rindu ini menggerogoti jiwa, menuntut jawaban,
Namun kekecewaan ini hanya menyisakan keheningan yang menyakitkan.
Dalam kesunyian malam, aku merajut kata,
Berharap dapat menemukan seberkas terang dalam gulita.
Namun, setiap kata yang tertuang, hanya menambah luka,
Kekecewaan ini begitu dalam, membekas hingga ke tulang.
Rindu ini menjadi duri dalam sanubari,
Menusuk di setiap langkah, menghentikan perjalanan hati.
Sahabatku, mengapa kau pergi tanpa pesan,
Meninggalkan sepi yang tak terperi, meninggalkan luka yang tak terobati.
Aku mengenang saat-saat indah yang telah usang,
Saat kita tertawa bersama, berbagi mimpi tanpa rasa ragu.
Namun, bayangan itu kini terasa semu,
Karena di balik senyum yang kita ukir, tersembunyi kekecewaan yang tak terukur.
Bagaimana aku harus melangkah ke depan,
Dengan rindu yang bercampur kekecewaan?
Bagaimana aku harus merajut kembali persahabatan yang hilang,
Saat hati ini masih terluka, dan rindu ini masih berkarat dalam kesedihan?
Waktu mungkin akan menjawab segala tanya,
Menyembuhkan luka, mengikis kekecewaan.
Namun, hingga saat itu tiba, aku hanya bisa merindu dalam kekecewaan,
Mengharap suatu hari, kita dapat kembali tersenyum bersama, tanpa rasa hampa.
Rindu ini adalah penantian yang menyakitkan,
Kekecewaan ini adalah beban yang harus kupikul sendirian.
Namun, aku akan terus berjalan, mencari cahaya di ujung jalan,
Mengharap suatu hari, persahabatan kita dapat kembali menemukan jalannya.
Di tengah rindu yang menyiksa, di tengah kekecewaan yang menggerogoti,
Aku masih menyimpan seberkas harapan,
Bahwa di balik awan kelabu, ada langit biru yang menanti,
Dan di balik kekecewaan ini, ada persahabatan yang dapat sembuh kembali.