Di pelataran senja yang redup, aku berdiri,
Menghadap bayang-bayang masa lalu yang tak terhindarkan.
Di setiap hembusan angin, terngiang kenangan,
Tentang tawa yang pernah kita bagi, tentang janji yang pernah kita ikrarkan.
Rindu ini membebani hati, bagai kabut tebal di pagi hari,
Yang enggan berlalu meski mentari telah tinggi.
Aku merindukanmu, sahabatku, dalam setiap hela napas,
Namun, kekecewaan ini menyelinap di setiap sela rasa rindu yang tak terelakkan.
Dulu, persahabatan kita ibarat pilar kokoh,
Tempat bersandar di kala badai menerjang.
Kini, pilar itu retak, hancur perlahan,