Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Patah Hati yang Tak Terucap

23 Juli 2024   17:47 Diperbarui: 23 Juli 2024   17:49 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di sudut malam yang sepi, aku merintih

Berbekal kenangan yang tak kunjung lenyap

Hati ini remuk, tanpa kata terucap

Menangisi cinta yang kini berakhir.

Pernah ada kita dalam untaian janji

Dalam dekapan mimpi yang dulu menguatkan

Namun kini, semua tinggal serpihan

Hanya bayang-bayangmu yang kian menjauh.

Bagaimana bisa aku melupakan?

Setiap senyum dan tawa yang kau hadiahkan

Meski bibir ini membisu, hati terus meronta

Mencari jawaban atas perpisahan ini.

Aku berdiri di bawah rembulan

Menunggu keajaiban yang tak kunjung datang

Mungkin kau tak pernah tahu, betapa dalamnya luka

Sebab semua hanya tersimpan di dada.

Patah hati ini tak terucap

Seperti debu yang tertiup angin

Hilang tanpa jejak, tak meninggalkan jejak

Hanya perih yang terus menggurat.

Di setiap sudut kota, aku melihat bayangmu

Mengingat segala yang pernah kita lalui

Namun langkahku kini terhenti

Tak tahu arah, tanpa kau di sisi.

Apakah kau juga merasakan ini?

Kekosongan yang tak terisi

Ataukah hanya aku yang terjebak

Dalam kenangan yang tak bisa terhapuskan?

Di akhir malam, aku berdoa

Semoga hati ini bisa kembali utuh

Meskipun luka ini tak terucap

Semoga esok datang membawa harapan baru.

Namun, hingga detik ini

Patah hati ini tetap tak terucap

Menjadi rahasia dalam sanubari

Yang hanya aku dan malam yang tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun