Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Keheningan yang Menyakitkan

23 Juli 2024   16:29 Diperbarui: 23 Juli 2024   16:29 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

**Keheningan yang Menyakitkan**

Di sudut-sudut kota yang ramai,

Terdengar keheningan yang menyakitkan.

Bukan sunyi tanpa suara,

Namun keheningan hati yang diabaikan.

Lalu lalang manusia dengan wajah-wajah tak peduli,

Berpura-pura tak melihat, tak mendengar,

Jeritan jiwa-jiwa yang tertindas,

Tenggelam dalam hiruk-pikuk ambisi dan keserakahan.

Anak-anak tanpa masa depan,

Berjalan tanpa alas kaki di jalanan keras.

Mereka adalah bayangan yang tak dihiraukan,

Dalam keheningan yang terus menjerit.

Di balik gedung-gedung megah,

Ada kehidupan yang terbungkam.

Orang-orang kecil dengan mimpi yang dipatahkan,

Menunggu keajaiban yang tak kunjung datang.

Keheningan yang menyakitkan,

Adalah bisikan-bisikan rakyat yang terpinggirkan.

Mereka berteriak dalam senyap,

Meminta hak yang direnggut tanpa belas kasihan.

Korupsi merajalela, menghancurkan harapan,

Merampas masa depan dalam diam.

Para pemimpin bersandiwara,

Menyuguhkan janji-janji palsu tanpa tindakan nyata.

Keheningan ini bukanlah ketenangan,

Namun kemarahan yang terpendam.

Keadilan yang hanya menjadi angan,

Di negeri yang tenggelam dalam ketidakpedulian.

Setiap malam, bintang-bintang bersinar redup,

Menyaksikan penderitaan yang tersembunyi.

Angin berbisik lirih, membawa cerita pilu,

Tentang mereka yang terlupakan, tertinggal di belakang.

Keheningan yang menyakitkan,

Menghiasi setiap sudut kehidupan.

Menyelimuti hati yang lelah berjuang,

Dalam dunia yang tak memberikan tempat untuk bernafas.

Namun di balik keheningan ini,

Ada kekuatan yang tak terlihat.

Semangat yang tak pernah padam,

Meskipun diterpa badai ketidakadilan.

Suatu hari, keheningan ini akan pecah,

Menjadi suara yang menggema di seluruh penjuru.

Membangkitkan kesadaran, menuntut perubahan,

Menghapus keheningan yang menyakitkan ini selamanya.

Kita adalah bagian dari suara itu,

Yang akan mengakhiri ketidakadilan yang terpendam.

Membawa harapan bagi mereka yang terbungkam,

Mengubah keheningan menjadi nyanyian kebebasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun