Dalam gulita malam yang membekap,
Terdengar nyanyian sepi yang meratap.
Luka di dada tak kunjung mereda,
Mengalir dalam derasnya air mata.
Kenangan silam mengguratkan duka,
Laksana duri menancap di jiwa.
Cinta yang terjalin kini memudar,
Hanya tersisa serpihan samar.
Dalam pelukan sunyi aku terbuai,
Menghimpun serpihan harap yang kian terurai.
Waktu seakan berhenti berputar,
Saat bayanganmu perlahan memudar.
Angin membawa bisikan rindu,
Namun hanya kesunyian yang menyatu.
Dunia terasa hampa dan kelam,
Saat kasihmu hilang ditelan malam.
Ada perih yang tak terkatakan,
Luka di dada yang tak terelakkan.
Cinta yang pergi tanpa berpamitan,
Meninggalkan luka yang terus bergelantungan.
Mungkin waktu adalah penyembuh luka,
Namun saat ini, hanya duka yang terasa.
Di tengah derasnya hujan tangis,
Aku terdiam dalam pilu yang bengis.
Berharap pada fajar yang kan tiba,
Membawa sinar harapan di ufuk sana.
Namun malam ini, aku terjebak dalam nestapa,
Meratap elegi luka di dada.
Di balik tawa yang kubagi pada dunia,
Tersimpan kepedihan yang tak terhingga.
Seperti ombak yang menghantam karang,
Hatiku terhempas dalam gelombang.
Mungkin suatu hari nanti,
Luka di dada ini akan sembuh dan pergi.
Namun saat ini, hanya kesedihan yang abadi,
Dalam elegi yang tak bertepi.