Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Harapan di Gubuk Reyot

21 Juli 2024   16:15 Diperbarui: 21 Juli 2024   16:23 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di sudut kota yang terlupakan,

Di antara gedung-gedung megah yang menjulang,

Tersembunyi sebuah gubuk reyot,

Tempat tinggal hati yang teguh,

Walau dindingnya penuh retak,

Dan atapnya berlubang menyusupkan hujan,

Di sanalah harapan masih bersemayam.

Pagi datang membawa dingin,

Menyapa kulit yang kering oleh debu,

Anak-anak berlarian di tanah berdebu,

Tertawa riang di tengah kekurangan,

Mereka tak peduli akan kemewahan,

Hanya butuh kasih dan pengertian,

Dalam gubuk reyot yang menyimpan kehangatan.

Orang tua berdiri tegar di ambang pintu,

Dengan wajah lelah tapi tak pernah mengeluh,

Setiap hari bekerja keras,

Demi secuil harapan yang tersisa,

Tangan mereka kasar oleh kerja,

Namun hati mereka lembut seperti sutra,

Di gubuk reyot itu, mereka adalah pahlawan sejati.

Di malam hari, lampu minyak menyala redup,

Mengusir gelap yang pekat,

Keluarga berkumpul dalam doa,

Memohon kekuatan kepada Sang Kuasa,

Meski hidup tak selalu adil,

Mereka percaya pada keajaiban kecil,

Bahwa suatu hari, gubuk reyot itu,

Akan menjadi tempat mimpi terwujud.

Hujan turun deras membasahi tanah,

Mengalirkan genangan di setiap sudut,

Namun semangat mereka tak pernah padam,

Seperti api yang menyala di dada,

Harapan mereka bukan pada harta,

Bukan pada gemerlapnya dunia,

Tapi pada cinta dan kebersamaan,

Yang membuat hidup lebih bermakna.

Setiap senja yang berganti,

Mereka menatap langit dengan doa,

Berharap esok lebih baik,

Dengan harapan yang tak pernah pudar,

Meski dinding gubuk rapuh,

Dan atapnya sering bocor,

Di sana ada harapan yang kuat,

Seperti akar pohon yang mencengkeram tanah.

Gubuk reyot itu mungkin hina di mata dunia,

Namun bagi mereka, itu adalah surga kecil,

Tempat di mana cinta tumbuh,

Dan harapan tak pernah mati,

Mereka mengajarkan kita,

Bahwa kebahagiaan bukan pada apa yang dimiliki,

Tapi pada siapa yang ada di sisi,

Dan harapan yang terus menyala.

Jadi, biarlah dunia melihat mereka,

Dengan pandangan yang lebih manusiawi,

Bahwa di balik gubuk reyot yang sederhana,

Terdapat kekuatan yang luar biasa,

Harapan yang tak tergoyahkan,

Dan cinta yang tak terbatas,

Mengajarkan kita semua,

Tentang arti sejati dari kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun