Di jalan takdir yang terjal dan panjang,
Kerikil-kerikil kecil menghampar di sepanjang langkah,
Menggoda setiap tapak untuk merenung dan bertanya,
Mengapa jalan ini tak pernah mulus tanpa cela?
Kerikil itu seperti bayangan luka,
Tersembunyi di balik senyum dan tawa,
Mengajarkan bahwa hidup adalah perjalanan,
Di mana kesulitan dan harapan saling bersapa.
Aku berjalan, terkadang terseok oleh beban,
Meniti garis-garis nasib yang tak selalu ramah,
Namun, kerikil-kerikil itu bagai sahabat setia,
Mengasah keteguhan di setiap lara yang menyapa.
Setiap jejak kaki yang terantuk dan terhenti,
Menggambarkan perjuangan yang tak pernah sia-sia,
Membangun kekuatan dari kelemahan,
Menemukan sinar di balik kelamnya duka.
Kerikil-kerikil di jalan takdir ini,
Menjadi saksi bisu dari setiap harap dan doa,
Mengiringi langkah menuju mimpi-mimpi yang tertunda,
Menemani jiwa yang gigih tak kenal lelah.
Dalam hening malam yang sunyi,
Aku merenung tentang arti perjalanan ini,
Kerikil di jalan takdir mengajarkan bijaksana,
Bahwa setiap rintangan adalah guru kehidupan yang setia.
Di bawah langit yang luas membentang,
Aku menyadari bahwa hidup adalah anugerah,
Kerikil-kerikil di jalan takdir ini,
Menjadi bagian dari cerita yang tak akan pudar.
Melangkah di atas kerikil, meski perih terasa,
Adalah tanda keberanian dalam menerima hidup,
Mengajarkan kita untuk tak pernah menyerah,
Mengejar cahaya walau dalam gelap.
Kerikil di jalan takdir,
Engkau adalah pengingat setia,
Bahwa hidup ini indah dalam segala perjuangannya,
Menemukan cinta dan kebahagiaan di setiap detiknya.
Dengan senyuman, aku lanjutkan langkah ini,
Meski kerikil masih setia menyapa,
Karena di balik setiap derita,
Ada harapan yang selalu menanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H