Di pabrik-pabrik yang dingin dan penuh debu Â
Di jalan-jalan sempit yang sesak oleh deru mesin Â
Pekerja berdiri dengan tangan yang kasar Â
Mereka berjuang dalam hening, tanpa suara, tanpa keluhan Â
Keringat mengalir di dahi mereka, bercampur dengan lelah Â
Mata mereka menatap kosong, terjebak dalam rutinitas Â
Setiap hari adalah perjuangan, melawan ketidakadilan Â
Mengorbankan waktu, tenaga, bahkan mimpi-mimpi yang sirna Â
Di bawah bayang-bayang gedung-gedung pencakar langit Â
Mereka bekerja tanpa henti, tak kenal lelah Â
Mengejar harapan yang terasa semakin menjauh Â
Teriakan hati mereka tenggelam dalam bisingnya kota Â
Upah yang diterima tak sebanding dengan jerih payah Â
Namun mereka tetap teguh, bertahan dalam derita Â
Anak-anak menunggu di rumah, dengan perut lapar Â
Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, yang tak pernah terpuji Â
Di malam yang sunyi, ketika semua terlelap Â
Pekerja masih terjaga, merenungi nasib yang tak adil Â
Mereka bermimpi tentang hari esok yang lebih baik Â
Di mana hak-hak mereka dihargai, di mana suara mereka didengar Â
Namun pagi datang kembali dengan kenyataan yang sama Â
Pekerja kembali ke tempat yang sudah akrab dengan mereka Â
Menghadapi kenyataan pahit dengan senyum yang dipaksakan Â
Mereka adalah pilar negeri ini, yang berdiri dalam keheningan Â
Setiap palu yang diketuk, setiap batu yang dipahat Â
Adalah bagian dari sejarah yang mereka tulis dengan keringat Â
Teriakan sunyi mereka adalah nyanyian tentang perjuangan Â
Yang berharap suatu hari nanti akan didengar dan dihargai Â
Oh, pekerja yang setia dan tabah Â
Teriakan sunyimu adalah suara dari hati yang tulus Â
Mari kita angkat suara mereka, mari kita berjuang bersama Â
Untuk keadilan, untuk kemanusiaan, untuk mereka yang terlupakan