PDI yang pada pemilu 1992 memperoleh 14,9% suara dan 56 kursi di DPR, akan sangat diuntungkan oleh sistem proporsional terbuka. Kandidat-kandidat PDI yang dikenal sebagai figur yang pro-demokrasi dan reformasi dapat menarik lebih banyak suara dari pemilih yang menginginkan perubahan. Popularitas tokoh-tokoh seperti Megawati Soekarnoputri juga dapat lebih dimaksimalkan dalam sistem ini.
### Simulasi Perolehan Kursi dengan Sistem Proporsional Terbuka
Untuk melakukan simulasi, kita dapat melihat beberapa aspek penting:
- **Popularitas Kandidat**: Kandidat yang lebih populer akan mendapatkan lebih banyak suara.
- **Distribusi Suara di Daerah**: Setiap daerah memiliki preferensi kandidat yang berbeda.
#### PPP
Di daerah-daerah dengan mayoritas Muslim seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Aceh, kandidat-kandidat PPP yang terkenal seperti Sri Bintang Pamungkas atau Hamzah Haz bisa mendapatkan lebih banyak suara. Perkiraan peningkatan kursi untuk PPP mungkin sekitar 5-10 kursi tambahan, sehingga total menjadi sekitar 67-72 kursi.
#### Golkar
Meskipun Golkar tetap kuat, sistem proporsional terbuka bisa mengurangi sedikit dominasi mereka karena popularitas kandidat individu dari partai lain. Penurunan mungkin terjadi sekitar 10-15 kursi, sehingga Golkar mendapatkan sekitar 267-272 kursi.
#### PDI
PDI yang mengandalkan tokoh-tokoh karismatik seperti Soerjadi, Megawati, Kwik Kian Gie, Sophan Sophiaan, Soetardjo Soerjoguritno, Fatimah Achmad, dll dapat meningkatkan perolehan kursi. Diperkirakan PDI bisa mendapatkan tambahan sekitar 10-15 kursi, sehingga total kursi yang diperoleh menjadi sekitar 66-71 kursi.