Di lorong-lorong sunyi kota ini, Â
terdengar bisikan lirih yang menyayat, Â
suara-suara dari jiwa yang tersembunyi, Â
mereka yang terpinggirkan, tak terlihat.
Langit senja mulai meredup, Â
membawa kegelapan yang membisu, Â
di sini, di tempat yang terlupakan, Â
hidup berjuang dalam bayang-bayang kelabu.
Anak-anak bermain di tepian sampah, Â
berlarian tanpa alas kaki, Â
mereka tertawa tanpa beban, Â
meski masa depan begitu samar.
Di sudut gelap yang sempit, Â
terlihat wajah-wajah yang penuh harap, Â
mereka menanti pagi dengan tenang, Â
meski hari-hari selalu berat.
Wanita tua menjual kue basah, Â
di pinggir jalan yang ramai, Â
keringat mengalir di wajahnya, Â
membawa cerita hidup yang penuh makna.
Lelaki paruh baya duduk termenung, Â
menatap langit dengan tatapan kosong, Â
mencari makna dalam kesunyian, Â
menyusun mimpi dari kepingan harapan.
Di lorong sunyi ini, Â
terdengar suara-suara yang terabaikan, Â
suara mereka yang tak pernah didengar, Â
tapi selalu ada, selalu setia.
Suara dari lorong sunyi, Â
adalah suara hati yang tulus, Â
mengisahkan perjuangan tanpa henti, Â
dalam kehidupan yang tak selalu mulus.
Mereka adalah pahlawan tanpa nama, Â
berjuang dalam diam dan sunyi, Â
setiap langkah adalah doa yang terucap, Â
setiap senyum adalah harapan yang hidup.
Di lorong sunyi ini, Â
terdapat kekuatan yang luar biasa, Â
mereka yang terus bertahan, Â
meski dunia seolah lupa.
Suara dari lorong sunyi, Â
adalah nyanyian jiwa yang tak terpadam, Â
mengiringi langkah mereka yang tabah, Â
menyusuri kehidupan dengan penuh harap.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI