Di balik tembok-tembok megah kota, Â
Suara-suara ini bergema, Â
Namun hanya menjadi latar, Â
Dalam drama kehidupan yang sibuk.
Ketika pemimpin berbicara di podium, Â
Dengan kata-kata manis dan janji-janji muluk, Â
Suara-suara ini tenggelam, Â
Di bawah riuhnya tepuk tangan kosong.
Namun suara-suara ini adalah nyawa, Â
Dari sebuah bangsa yang berdiri rapuh. Â
Mereka adalah api yang menyala, Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!