Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Marhaen dan Wong Cilik Itu Dua Hal yang Berbeda

24 Juni 2024   09:46 Diperbarui: 24 Juni 2024   09:53 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. **Konotasi Ideologis**: Marhaenisme adalah sebuah ideologi yang dikembangkan oleh Soekarno, yang bertujuan untuk memberdayakan rakyat kecil dan menciptakan keadilan sosial. Marhaenisme memiliki basis teoritis yang kuat dan terkait dengan perjuangan melawan kolonialisme dan kapitalisme.

2. **Fokus pada Kemandirian**: Marhaen digambarkan sebagai individu yang mandiri secara ekonomi tetapi tetap miskin karena struktur sosial yang tidak adil. Fokusnya adalah pada upaya untuk menciptakan kemandirian dan keadilan ekonomi bagi semua rakyat.

3. **Simbol Perlawanan**: Marhaen digunakan sebagai simbol perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan. Ideologi ini mengajak rakyat untuk bangkit dan berjuang melawan penindas, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

### Wong Cilik

1. **Realitas Sosial**: Wong Cilik lebih menggambarkan realitas sosial masyarakat kecil yang hidup dalam keterbatasan. Istilah ini tidak memiliki muatan ideologis yang spesifik dan lebih sering digunakan dalam konteks budaya dan sosial.

2. **Kerentanan Ekonomi**: Wong Cilik mencakup berbagai kelompok masyarakat yang rentan secara ekonomi dan sering kali terpinggirkan dalam kebijakan publik. Fokusnya adalah pada upaya bertahan hidup dan memperbaiki kondisi hidup sehari-hari.

3. **Konteks Budaya**: Wong Cilik memiliki akar yang kuat dalam budaya Jawa dan sering digunakan dalam narasi-narasi lokal untuk menggambarkan perjuangan dan kesederhanaan hidup masyarakat kecil.

## Relevansi dan Implikasi Politik

Dalam konteks politik modern Indonesia, penggunaan istilah Marhaen dan Wong Cilik sering kali disesuaikan dengan agenda politik tertentu. Partai politik dan politisi kerap menggunakan kedua istilah ini untuk menarik simpati dan dukungan dari masyarakat kelas bawah.

Namun, penting untuk diingat bahwa Marhaen dan Wong Cilik bukan sekadar istilah retorika. Keduanya merepresentasikan kondisi nyata dari jutaan rakyat Indonesia yang masih hidup dalam kemiskinan dan ketidakadilan. Oleh karena itu, pemahaman yang tepat mengenai perbedaan antara keduanya dapat membantu dalam merumuskan kebijakan publik yang lebih efektif dan adil.

## Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun