Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Simulasi Perolehan Suara PPP, Golkar, dan PDI di Pemilu 1997 dengan Sistem Proporsional Terbuka

21 Juni 2024   03:33 Diperbarui: 21 Juni 2024   03:39 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi/Suara Merdeka Edisi 30 Mei 1997

# Simulasi Perolehan Suara PPP, Golkar, dan PDI di Pemilu 1997 dengan Sistem Proporsional Terbuka: Sebuah Hipotesis

Pemilu 1997 di Indonesia adalah salah satu pemilu terakhir di bawah rezim Orde Baru sebelum reformasi politik besar-besaran terjadi pada tahun 1998. Pada pemilu ini, sistem pemilihan yang digunakan adalah sistem proporsional tertutup, di mana pemilih hanya memilih partai, dan partai kemudian menentukan siapa yang akan duduk di kursi parlemen. Partai yang berkompetisi pada saat itu adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Untuk tujuan artikel ini, kita akan melakukan simulasi perolehan suara dan kursi ketiga partai tersebut seandainya Pemilu 1997 dilakukan dengan sistem proporsional terbuka. Dalam sistem proporsional terbuka, pemilih memiliki kesempatan untuk memilih kandidat langsung, bukan hanya partai. Hal ini diyakini akan memberikan hasil yang lebih merefleksikan preferensi individu pemilih terhadap kandidat tertentu di dalam partai.

## Latar Belakang Pemilu 1997

Pemilu 1997 berlangsung dalam suasana politik yang sangat terkendali oleh pemerintah Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto. Golkar sebagai partai yang didukung oleh pemerintah memiliki keunggulan besar dibandingkan PPP dan PDI. Hasil resmi dari Pemilu 1997 menunjukkan dominasi Golkar dengan perolehan suara sekitar 74,5%, diikuti oleh PPP dengan 22,4%, dan PDI dengan 3,1%.

Namun, sistem pemilu yang digunakan pada saat itu sangat mendukung kekuatan Golkar dengan berbagai mekanisme pengendalian dan manipulasi suara yang cukup signifikan. Oleh karena itu, sangat menarik untuk mengkaji bagaimana perolehan suara ini mungkin berubah jika sistem yang lebih transparan dan terbuka diterapkan.

## Sistem Proporsional Terbuka

Dalam sistem proporsional terbuka, pemilih tidak hanya memilih partai tetapi juga kandidat individu yang mereka dukung dari partai tersebut. Kursi kemudian dialokasikan kepada kandidat berdasarkan jumlah suara yang mereka terima, yang kemudian dijumlahkan untuk menentukan perolehan kursi partai. Sistem ini mendorong kandidat untuk lebih dikenal dan dekat dengan pemilih mereka, sehingga lebih memungkinkan adanya representasi yang lebih adil dan sesuai dengan preferensi pemilih.

### Asumsi dalam Simulasi

Untuk menyusun simulasi ini, kita perlu membuat beberapa asumsi dasar:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun