Di dinding kota yang sunyi dan kelam, Â
Terlihat goresan tinta yang berkilau dalam malam, Â
Mereka menulis tanpa nama, tanpa rupa, Â
Menyampaikan kritik dalam gelap, penuh duka.
Dengan tangan gemetar, mereka ukir cerita, Â
Tentang janji manis yang tak pernah nyata, Â
Tentang harapan yang direnggut paksa, Â
Tentang mimpi yang hancur di tengah pesta.
Setiap guratan adalah jeritan hati, Â
Yang tertahan, terbungkam oleh janji mati, Â
Dinding menjadi saksi bisu kegelisahan, Â
Suara-suara yang hilang dalam kesunyian.
Oh, malam, mengapa kau jadi saksi pilu, Â
Ketika rakyat menulis dalam gelap, tak bertemu, Â
Mereka takut, mereka resah, namun tak bisa diam, Â
Karena keadilan yang dicari, masih terpendam.
Di balik bayang-bayang kota yang tenang, Â
Ada suara-suara yang berusaha mengarang, Â
Kisah perjuangan, kisah kepedihan, Â
Menyuarakan apa yang tersembunyi di bawah permukaan.
Mereka yang di atas, yang duduk di singgasana, Â
Mungkin tak tahu, mungkin pura-pura tak paham, Â
Bahwa di dinding ini, tersimpan rahasia, Â
Rahasia hati rakyat yang terluka, yang terlindas senja.
Menulis di dinding adalah keberanian, Â
Di tengah ancaman, di tengah kesunyian, Â
Mereka yang berani mengguratkan kritik, Â
Adalah pahlawan tanpa tanda jasa, tanpa simbolik.
Setiap kata, setiap huruf, adalah perlawanan, Â
Terhadap ketidakadilan, terhadap penindasan, Â
Dalam gelap, mereka temukan terang, Â
Dengan tinta, mereka lawan bayangan yang kelam.
Oh, pembaca yang lewat, bacalah dengan hati, Â
Setiap goresan ini adalah tanda bakti, Â
Dari mereka yang tak bisa bersuara lantang, Â
Namun dalam diam, mereka tetap berjuang.
Dinding-dinding kota, menjadi kanvas perjuangan, Â
Tempat suara-suara terpendam menemukan kehidupan, Â
Mari kita dengar, mari kita lihat, Â
Gurat-gurat kritik ini, adalah cahaya dalam gelap yang pekat.
Di setiap goresan, ada harapan, ada cinta, Â
Untuk negeri yang adil, untuk rakyat yang merdeka, Â
Menulis di dinding, mengukir masa depan, Â
Dengan tinta keberanian, dalam gelap kita bertahan.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H