Di balik senyum yang kau pamerkan,
Tersembunyi luka yang tak terucapkan,
Setiap tawa yang menggema di udara,
Menutup derita yang dalam hati bertahta.
Wajahmu cerah, penuh kebahagiaan,
Namun siapa sangka, ada kehampaan,
Di kedalaman matamu yang bersinar,
Terdapat kepedihan yang tak tersingkap.
Kau berjalan dengan langkah pasti,
Namun di dalam hatimu, kau tersesat sendiri,
Menggenggam mimpi yang hancur berantakan,
Memeluk harapan yang telah kehilangan pegangan.
Kata-kata manis yang sering kau lontarkan,
Hanya menutupi kekecewaan yang tak tertahan,
Janji yang pernah kau ikrarkan,
Kini menjadi bayangan yang menghilang perlahan.
Ketika malam tiba, sunyi menyelimuti,
Luka itu terbuka, tak lagi bisa kau sembunyikan,
Tangisan yang terpendam, lirih dalam keheningan,
Mengalir bersama kenangan yang tak bisa dilupakan.
Kau berpura-pura kuat di hadapan dunia,
Menahan air mata, bersembunyi di balik tawa,
Namun hati kecilmu berteriak meminta,
Sedikit pengertian, sedikit cinta yang nyata.
Senyummu, oh senyum itu begitu menawan,
Namun di baliknya, ada jiwa yang terbelenggu kekecewaan,
Luka yang kau bawa, begitu dalam dan tajam,
Menggores setiap inci dari hatimu yang kelam.
Kepada siapa kau harus bercerita?
Tentang luka di balik senyum yang tak terungkapkan,
Ketika dunia hanya melihat apa yang ada di luar,
Dan mengabaikan jeritan yang tersembunyi di dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H