Meskipun memiliki konsep yang idealistis, implementasi Marhaenisme dalam hubungan pusat-daerah di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan, antara lain:
-  Korupsi dan Nepotisme  : Praktek korupsi dan nepotisme dapat menghalangi upaya pemerintah dalam mewujudkan keadilan sosial dan ekonomi yang diusung oleh Marhaenisme.
-  Ketimpangan Pembangunan  : Masih terdapat ketimpangan pembangunan antara daerah perkotaan dan pedesaan serta antara pulau-pulau yang berbeda di Indonesia, yang menghambat terwujudnya keadilan sosial dan ekonomi.
-  Keterbatasan Sumber Daya  : Keterbatasan sumber daya baik finansial maupun SDM menjadi kendala dalam mewujudkan pembangunan yang merata dan berkelanjutan di seluruh daerah.
-  Ketidakstabilan Politik  : Ketidakstabilan politik, baik di tingkat pusat maupun daerah, dapat mengganggu kelancaran implementasi kebijakan yang mengusung prinsip Marhaenisme.
   Kesimpulan
Marhaenisme memiliki relevansi yang kuat dalam membina hubungan antara pemerintah pusat dan daerah di Indonesia. Konsep ini mendorong terciptanya keadilan sosial dan ekonomi serta pemerataan pembangunan di seluruh wilayah. Meskipun demikian, tantangan-tantangan yang dihadapi dalam implementasinya menunjukkan perlunya upaya bersama dari pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan prinsip-prinsip Marhaenisme secara nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H