4. **Representasi yang Tidak Merata**: Sistem demokrasi Indonesia seringkali gagal memberikan representasi yang adil bagi semua kelompok masyarakat. Minoritas dan kelompok-kelompok marjinal seringkali tidak memiliki suara yang kuat dalam proses pemilihan. Apalagi Pemerintah Dan DPR seringkali mengeluarkan kebijakan yang kontraproduktif dengan kepentingan dan keinginan rakyat.
### Perjuangan Islam dan Marhaenisme: Alternatif yang Relevan
Dalam konteks Indonesia, perjuangan Islam dan Marhaenisme menawarkan perspektif yang berbeda dalam mencapai tujuan sosial dan politik. Kedua konsep ini memiliki akar historis dan filosofis yang mendalam di Indonesia.
1. **Perjuangan Islam**:
  - **Prinsip Keadilan Sosial**: Islam mengajarkan prinsip keadilan sosial, di mana setiap individu berhak mendapatkan hak-haknya secara adil dan merata. Prinsip ini dapat menjadi landasan bagi sistem pemerintahan yang lebih adil.
  - **Etika Kepemimpinan**: Dalam Islam, kepemimpinan dianggap sebagai amanah (tanggung jawab) yang harus dijalankan dengan penuh integritas dan kejujuran. Ini dapat menjadi antidot terhadap korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
  - **Ekonomi Berbasis Keadilan**: Ekonomi Islam menekankan pada distribusi kekayaan yang adil dan pelarangan riba (bunga), yang dapat mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial.
2. **Marhaenisme**:
  - **Pemberdayaan Kaum Tertindas**: Marhaenisme, yang digagas oleh Soekarno, menekankan pada pemberdayaan kaum tertindas (Marhaen) untuk mencapai kemandirian ekonomi dan politik. Ini sejalan dengan prinsip keadilan sosial.
  - **Ekonomi Kerakyatan**: Marhaenisme mendorong ekonomi kerakyatan, di mana sumber daya ekonomi dikuasai oleh rakyat dan digunakan untuk kepentingan bersama. Ini dapat mengurangi ketimpangan dan memastikan kesejahteraan yang lebih merata.
  - **Partisipasi Aktif Rakyat**: Marhaenisme mengajak rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam proses politik dan pemerintahan, bukan sekadar sebagai pemilih, tetapi juga sebagai aktor utama dalam pengambilan keputusan.