## Lupakan "Demokrasi", Fokus Pada Perjuangan Islam dan Marhaenisme: Kritik Atas Penyelenggaraan Pilkada Serentak 2024
### Pendahuluan
Indonesia, sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara, kembali menyelenggarakan Pilkada serentak pada tahun 2024. Pilkada serentak ini dimaksudkan sebagai perwujudan demokrasi langsung, di mana rakyat memilih kepala daerah mereka secara langsung.Â
Namun, praktik demokrasi di Indonesia sering kali diwarnai oleh berbagai masalah, seperti politik uang, manipulasi suara, dan politisasi birokrasi. Dalam konteks ini, muncul pertanyaan kritis: apakah demokrasi benar-benar merupakan sistem terbaik untuk mencapai kesejahteraan rakyat Indonesia?
Tulisan ini bertujuan untuk mengkritisi penyelenggaraan Pilkada serentak 2024 dan mengusulkan fokus pada perjuangan Islam dan Marhaenisme sebagai alternatif yang lebih relevan bagi Indonesia. Dengan latar belakang historis dan sosial yang unik, konsep perjuangan Islam dan Marhaenisme menawarkan jalan yang berbeda untuk mencapai keadilan sosial dan kesejahteraan.
### Demokrasi dan Masalahnya
Demokrasi, sebagai sebuah konsep, berakar pada prinsip-prinsip kebebasan, kesetaraan, dan representasi. Namun, dalam praktiknya, demokrasi di Indonesia sering kali gagal mencapai ideal-ideal tersebut. Beberapa masalah utama yang dihadapi dalam penyelenggaraan Pilkada serentak antara lain:
1. **Politik Uang**: Fenomena politik uang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari proses pemilihan di Indonesia. Kandidat seringkali mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk membeli suara atau mempengaruhi pemilih. Hal ini mengakibatkan terpilihnya pemimpin yang tidak kompeten dan korup.
2. **Manipulasi Suara**: Manipulasi suara dan kecurangan dalam proses pemilihan adalah masalah serius. Banyak kasus di mana hasil pemilihan tidak mencerminkan kehendak rakyat karena adanya kecurangan yang dilakukan oleh berbagai pihak.
3. **Politisasi Birokrasi**: Aparat pemerintah seringkali dipolitisasi untuk mendukung kandidat tertentu. Ini mengakibatkan penggunaan sumber daya negara untuk kepentingan politik pribadi, yang merusak integritas sistem pemerintahan.