Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mewarisi Semangat Nawaksara Sukarno: Mengenang Visi Kepemimpinan Revolusioner

6 Juni 2024   07:52 Diperbarui: 6 Juni 2024   07:55 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

**Mewarisi Semangat Nawaksara Sukarno: Mengenang Visi Kepemimpinan Revolusioner**

Nawaksara, sebuah pidato yang disampaikan oleh Presiden Sukarno pada 22 Juni 1966, merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah politik Indonesia. Pidato ini tidak hanya berfungsi sebagai refleksi kritis terhadap situasi politik dan sosial pada masa itu, tetapi juga sebagai manifestasi visi kepemimpinan yang revolusioner dari Sukarno. Dalam konteks modern, mewarisi semangat Nawaksara berarti memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai serta prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya, yang dapat menjadi landasan bagi pembangunan bangsa. Pidato ini sering kali dianggap sebagai respons terhadap tekanan politik yang terjadi setelah peristiwa G30S. Namun, Nawaksara lebih dari sekadar pidato pertanggungjawaban; ia adalah manifestasi dari pemikiran dan visi Sukarno tentang masa depan Indonesia.

### Nawaksara: Sebuah Pengantar

Nawaksara berasal dari kata "nawa" yang berarti sembilan, dan "aksara" yang berarti huruf atau kata. Secara harfiah, Nawaksara dapat diartikan sebagai "sembilan kata" atau "sembilan butir kata-kata". Namun, lebih dari sekadar permainan linguistik, Nawaksara mencerminkan sembilan butir pemikiran fundamental Sukarno tentang kondisi bangsa dan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengatasi krisis nasional pada saat itu.

Pidato ini disampaikan dalam konteks pasca-G30S, ketika Indonesia berada dalam ketidakstabilan politik dan sosial yang mendalam. Melalui Nawaksara, Sukarno berusaha untuk menawarkan solusi dan visi yang kuat untuk membawa Indonesia keluar dari keterpurukan dan menuju masa depan yang lebih baik.

### Esensi Semangat Nawaksara

1. **Kesadaran Sejarah dan Identitas Bangsa**: Salah satu elemen penting dalam Nawaksara adalah penekanan pada pentingnya kesadaran sejarah dan identitas bangsa. Sukarno mengingatkan rakyat Indonesia akan pentingnya memahami sejarah perjuangan dan identitas nasional sebagai dasar untuk membangun masa depan yang lebih baik.

2. **Gotong Royong dan Solidaritas Nasional**: Nawaksara menekankan pentingnya gotong royong sebagai prinsip dasar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sukarno melihat gotong royong sebagai bentuk solidaritas nasional yang esensial untuk menghadapi tantangan dan krisis.

3. **Kemandirian Nasional**: Salah satu pesan utama dalam Nawaksara adalah pentingnya kemandirian nasional, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun budaya. Sukarno mengajak rakyat Indonesia untuk berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) dan tidak tergantung pada kekuatan asing.

4. **Pembangunan Karakter dan Moral Bangsa**: Sukarno juga menekankan pentingnya pembangunan karakter dan moral bangsa. Ia percaya bahwa pembangunan fisik harus diiringi dengan pembangunan moral untuk menciptakan masyarakat yang adil dan beradab.

5. **Keadilan Sosial**: Dalam Nawaksara, Sukarno menegaskan kembali komitmennya terhadap keadilan sosial. Ia menyoroti pentingnya pemerataan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

### Implementasi Semangat Nawaksara di Era Modern

Mewarisi semangat Nawaksara di era modern berarti mengadaptasi nilai-nilai tersebut ke dalam konteks zaman sekarang. Berikut beberapa cara untuk mengimplementasikan semangat Nawaksara:

1. **Memperkuat Pendidikan Sejarah dan Nasionalisme**: Mengintegrasikan pendidikan sejarah dan nasionalisme dalam kurikulum pendidikan untuk menanamkan kesadaran sejarah dan identitas bangsa sejak dini.

2. **Mendorong Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan**: Menghidupkan kembali semangat gotong royong dengan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan, baik di tingkat lokal maupun nasional.

3. **Mengembangkan Ekonomi Berdikari**: Mendorong kebijakan ekonomi yang berfokus pada kemandirian nasional, termasuk pengembangan industri lokal dan penggunaan sumber daya dalam negeri.

4. **Memperkuat Nilai-nilai Moral dan Etika**: Meningkatkan program-program yang bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai moral dan etika dalam masyarakat, seperti pendidikan karakter di sekolah dan kampanye moral di media.

5. **Mewujudkan Keadilan Sosial**: Melanjutkan upaya untuk menciptakan pemerataan kesejahteraan melalui kebijakan yang adil dan inklusif, seperti pengentasan kemiskinan, akses yang adil terhadap pendidikan dan kesehatan, serta perlindungan terhadap kelompok-kelompok rentan.

### Kesimpulan

Nawaksara Sukarno bukan hanya sekadar pidato pertanggungjawaban sejarah; ia adalah warisan pemikiran yang relevan hingga saat ini. Mewarisi semangat Nawaksara berarti menghidupkan kembali nilai-nilai yang diusung oleh Sukarno dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, kita dapat terus membangun Indonesia yang kuat, mandiri, dan berkeadilan, sesuai dengan visi besar yang telah diwariskan oleh Proklamator kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun