**Mewarisi Semangat Nawaksara Sukarno: Mengenang Visi Kepemimpinan Revolusioner**
Nawaksara, sebuah pidato yang disampaikan oleh Presiden Sukarno pada 22 Juni 1966, merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah politik Indonesia. Pidato ini tidak hanya berfungsi sebagai refleksi kritis terhadap situasi politik dan sosial pada masa itu, tetapi juga sebagai manifestasi visi kepemimpinan yang revolusioner dari Sukarno. Dalam konteks modern, mewarisi semangat Nawaksara berarti memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai serta prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya, yang dapat menjadi landasan bagi pembangunan bangsa. Pidato ini sering kali dianggap sebagai respons terhadap tekanan politik yang terjadi setelah peristiwa G30S. Namun, Nawaksara lebih dari sekadar pidato pertanggungjawaban; ia adalah manifestasi dari pemikiran dan visi Sukarno tentang masa depan Indonesia.
### Nawaksara: Sebuah Pengantar
Nawaksara berasal dari kata "nawa" yang berarti sembilan, dan "aksara" yang berarti huruf atau kata. Secara harfiah, Nawaksara dapat diartikan sebagai "sembilan kata" atau "sembilan butir kata-kata". Namun, lebih dari sekadar permainan linguistik, Nawaksara mencerminkan sembilan butir pemikiran fundamental Sukarno tentang kondisi bangsa dan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengatasi krisis nasional pada saat itu.
Pidato ini disampaikan dalam konteks pasca-G30S, ketika Indonesia berada dalam ketidakstabilan politik dan sosial yang mendalam. Melalui Nawaksara, Sukarno berusaha untuk menawarkan solusi dan visi yang kuat untuk membawa Indonesia keluar dari keterpurukan dan menuju masa depan yang lebih baik.
### Esensi Semangat Nawaksara
1. **Kesadaran Sejarah dan Identitas Bangsa**: Salah satu elemen penting dalam Nawaksara adalah penekanan pada pentingnya kesadaran sejarah dan identitas bangsa. Sukarno mengingatkan rakyat Indonesia akan pentingnya memahami sejarah perjuangan dan identitas nasional sebagai dasar untuk membangun masa depan yang lebih baik.
2. **Gotong Royong dan Solidaritas Nasional**: Nawaksara menekankan pentingnya gotong royong sebagai prinsip dasar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sukarno melihat gotong royong sebagai bentuk solidaritas nasional yang esensial untuk menghadapi tantangan dan krisis.
3. **Kemandirian Nasional**: Salah satu pesan utama dalam Nawaksara adalah pentingnya kemandirian nasional, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun budaya. Sukarno mengajak rakyat Indonesia untuk berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) dan tidak tergantung pada kekuatan asing.
4. **Pembangunan Karakter dan Moral Bangsa**: Sukarno juga menekankan pentingnya pembangunan karakter dan moral bangsa. Ia percaya bahwa pembangunan fisik harus diiringi dengan pembangunan moral untuk menciptakan masyarakat yang adil dan beradab.