Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Belajar Memahami Sukarnoisme: Melawan Arus Neoliberalisme

31 Mei 2024   06:13 Diperbarui: 31 Mei 2024   07:00 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sejarah dan warisan budaya, memiliki banyak tokoh besar yang mempengaruhi perjalanan bangsanya. Salah satu yang paling berpengaruh adalah Ir. Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. Pemikiran dan kebijakan yang diusung Soekarno kerap disebut dengan istilah "Sukarnoisme". Pemahaman tentang Sukarnoisme menjadi penting dalam konteks saat ini, terutama dalam menghadapi arus neoliberalisme yang kian mendominasi perekonomian global.

#### Apa Itu Sukarnoisme?

Sukarnoisme adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada gagasan, prinsip, dan kebijakan yang diusung oleh Soekarno selama masa kepemimpinannya. Pemikiran Soekarno sangat dipengaruhi oleh pengalaman kolonialisme yang dialami Indonesia, sehingga ia menekankan pentingnya kemandirian nasional dan anti-imperialisme. Sukarnoisme mencakup berbagai aspek, mulai dari politik, ekonomi, hingga kebudayaan, dengan fokus utama pada persatuan, keadilan sosial, dan kedaulatan rakyat.

#### Pilar-Pilar Sukarnoisme

1. **Nasionalisme**: Soekarno sangat menekankan pentingnya rasa kebangsaan yang kuat. Baginya, nasionalisme adalah kekuatan yang dapat menyatukan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan dan meraih kemerdekaan. Sukarnoisme menempatkan kepentingan nasional di atas segalanya, termasuk dalam kebijakan ekonomi.

2. **Marhaenisme**: Istilah ini berasal dari nama "Marhaen", seorang petani kecil yang ditemui Soekarno. Marhaenisme mengacu pada perjuangan kelas bawah melawan penindasan ekonomi dan sosial. Ini mencerminkan perhatian Soekarno terhadap keadilan sosial dan perlindungan terhadap rakyat miskin dan tertindas.

3. **Demokrasi Terpimpin**: Soekarno mengusung konsep demokrasi yang dipimpin oleh pemimpin yang kuat dan berwibawa, yang dapat menjaga kesatuan dan kestabilan negara. Ini berbeda dengan demokrasi liberal yang memberikan kebebasan sepenuhnya kepada rakyat tanpa kontrol yang ketat dari pemerintah.

4. **Gotong Royong**: Prinsip gotong royong atau kerjasama adalah salah satu landasan utama Sukarnoisme. Soekarno percaya bahwa pembangunan bangsa harus didasarkan pada kerjasama antarwarga negara, dengan semangat kolektif dan solidaritas yang tinggi.

#### Sukarnoisme vs. Neoliberalisme

Neoliberalisme adalah paham ekonomi yang menekankan liberalisasi pasar, privatisasi, dan pengurangan peran pemerintah dalam ekonomi. Dalam konteks globalisasi, neoliberalisme sering kali dikaitkan dengan kebijakan yang mendukung pasar bebas dan investasi asing tanpa banyak hambatan. Ini sangat berbeda dengan prinsip-prinsip Sukarnoisme yang menekankan kemandirian nasional dan perlindungan terhadap kepentingan rakyat.

1. **Kedaulatan Ekonomi**: Sukarnoisme menekankan pentingnya kemandirian ekonomi dan menghindari ketergantungan pada kekuatan asing. Dalam era neoliberalisme, banyak negara berkembang terjebak dalam hutang luar negeri dan ketergantungan pada investasi asing, yang sering kali merugikan kepentingan nasional.

2. **Keadilan Sosial**: Neoliberalisme sering kali menghasilkan ketimpangan sosial yang tinggi, dengan keuntungan ekonomi yang terpusat pada segelintir orang kaya. Sebaliknya, Sukarnoisme berusaha menciptakan masyarakat yang adil dan merata, di mana kekayaan didistribusikan secara lebih merata dan kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama.

3. **Peran Negara**: Dalam neoliberalisme, peran negara diminimalkan dan pasar dianggap sebagai mekanisme terbaik untuk mengalokasikan sumber daya. Sukarnoisme, di sisi lain, menekankan peran aktif negara dalam mengatur dan mengelola perekonomian demi kepentingan rakyat banyak.

#### Relevansi Sukarnoisme di Era Modern

Meskipun konteks zaman telah banyak berubah sejak masa kepemimpinan Soekarno, prinsip-prinsip Sukarnoisme tetap relevan dan dapat menjadi alternatif dalam menghadapi tantangan globalisasi dan neoliberalisme saat ini. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara mulai mempertimbangkan kembali peran negara dalam perekonomian dan pentingnya kemandirian nasional.

Indonesia, sebagai negara berkembang yang berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, dapat mengambil pelajaran dari Sukarnoisme untuk mengembangkan model pembangunan yang lebih adil dan berkelanjutan. Prinsip gotong royong, misalnya, dapat menjadi dasar untuk membangun ekonomi berbasis komunitas dan solidaritas sosial. Demikian pula, semangat nasionalisme dan kemandirian ekonomi dapat mendorong Indonesia untuk lebih mandiri dalam mengelola sumber daya alam dan mengurangi ketergantungan pada kekuatan asing.

#### Penutup

Belajar memahami Sukarnoisme bukan hanya sekadar mengenang sejarah dan menghormati jasa-jasa Soekarno, tetapi juga menggali nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam konteks modern. Melawan arus neoliberalisme dengan mengusung prinsip-prinsip kedaulatan ekonomi, keadilan sosial, dan solidaritas nasional adalah tantangan yang layak dihadapi untuk mewujudkan Indonesia yang lebih mandiri dan berdaulat. Dengan demikian, Sukarnoisme bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga panduan untuk masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun