Dari perspektif Marhaenisme, ada beberapa kritikan mendasar terhadap program BLT dan bansos:
1. **Tidak Menyentuh Akar Masalah**: BLT dan bansos hanya mengatasi gejala kemiskinan tanpa menyentuh akar permasalahan seperti ketimpangan distribusi sumber daya, rendahnya akses pendidikan, dan keterbatasan kesempatan kerja yang layak.
2. **Ketergantungan**: Bantuan tunai yang diberikan secara terus-menerus dapat menimbulkan ketergantungan pada pemerintah, mengurangi inisiatif individu untuk mencari solusi mandiri dan berinovasi dalam meningkatkan kesejahteraan mereka.
3. **Kurangnya Pembangunan Kapasitas**: BLT dan bansos tidak dirancang untuk meningkatkan kapasitas individu atau komunitas dalam jangka panjang. Program ini tidak memberikan pelatihan atau fasilitas yang memungkinkan penerima bantuan untuk keluar dari kemiskinan secara mandiri.
4. **Masalah Distribusi dan Transparansi**: Banyak kasus dimana bantuan tidak sampai ke tangan yang berhak akibat birokrasi yang rumit, korupsi, atau ketidakakuratan data penerima. Hal ini menurunkan efektivitas program dan menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat.
**Menuju Solusi yang Berkelanjutan**
Mengadopsi pendekatan Marhaenisme dalam kebijakan kesejahteraan sosial memerlukan pergeseran dari bantuan tunai ke pembangunan yang lebih struktural. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:
1. **Reformasi Agraria**: Memberikan kepemilikan lahan kepada petani kecil untuk meningkatkan produktivitas dan kemandirian ekonomi mereka.
2. **Pengembangan Industri Berbasis Rakyat**: Mendorong industrialisasi yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat lokal dan menyediakan lapangan kerja yang layak.
3. **Pendidikan dan Pelatihan**: Investasi dalam pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi masyarakat miskin untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengakses pekerjaan yang lebih baik.
4. **Akses terhadap Alat Produksi**: Memfasilitasi akses masyarakat terhadap alat produksi seperti teknologi pertanian, mesin industri, dan modal usaha.