Bersatu untuk Memenangkan Cita-Cita Proklamasi 17 Agustus 1945!
Tanggal 14 Februari 2024 kemarin, rakyat Indonesia sudah memilih Presiden Dan Wakil Presiden Dan wakil-wakilnya yang akan bertugas di lembaga perwakilan Rakyat: DPR-RI, DPD-RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Penghitungan suara secara resmi oleh KPU memang belum usai, namun 'hitung cepat' (quick count) yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei telah memberikan gambaran hasilnya.
Berdasarkan hasil hitung cepat itu, GmnI Komisariat Universitas Terbuka memberikan sejumlah penilaian sebagai berikut:
Semangat perubahan: Kemenangan partai-partai nasionalis dan merosotnya Representasi kekuatan neoliberal.
Hasil pemilu 2024 menunjukkan bahwa "partai-partai nasionalis", yang kerap mengangkat tema kemandirian atau kedaulatan nasional, berhasil meraih suara signifikan. PDIP meraih suara terbanyak (17%), Gerindra berhasil masuk ke tiga besar dengan perolehan suara 13%-14%, dan Nasdem berhasil meraih 9% suara di arena pemilu kali ini.
Di sisi lain, partai yang selama ini kita tunjuk hidungnya sebagai representasi kekuatan neoliberal, mengalami penurunan suara cukup signifikan. Padahal, mereka didukung dengan kekuatan logistik dan mesin kekuasaan. Dapat dikatakan bahwa di kalangan sebagian massa rakyat, ketiga partai itulah yang dianggap "alternatif" pada pemilu 2024.
Dengan demikian, hasil Pileg 2024 menunjukkan adanya perubahan konstelasi politik nasional: "partai-partai nasionalis" cenderung menguat, sedangkan partai yang merepresentasikan paham neoliberal merosot. Hal ini juga dapat dilihat sebagai menguatnya sentimen "nasionalisme" di kalangan massa rakyat dan penolakan terhadap model ekonomi neoliberal.
Merosotnya kekuatan neoliberal itu bisa dilihat pada tiga faktor. Pertama, menguatnya wacana anti neoliberalisme dengan frasa "antek asing" dalam momentum pemilu ini. Kemunculan frasa "antek asing" memang bukan datang "dari bawah" tapi menjadi diterima luas karena mewakili kekecewaan rakyat marhaen terhadap ketidakmampuan pemerintah bernegosiasi dengan kepentingan politik modal asing yang disisi lain tetap justru ingin adanya keberlanjutan terhadap Program Program Pemerintah Yang Berjalan Saat Ini
Kedua, menguatnya gugatan terhadap modal asing. Manfaat kehadiran modal asing yang sering digembor-gemborkan kaum neoliberal mulai dipertanyakan. Fakta menunjukkan bahwa kehadiran modal asing telah memicu pencaplokan terhadap sebagian besar sumber daya alam dan aset nasional ke tangan korporasi asing.
Kedua, menguatnya gugatan terhadap modal asing. Manfaat kehadiran modal asing yang sering digembor-gemborkan kaum neoliberal mulai dipertanyakan. Fakta menunjukkan bahwa kehadiran modal asing telah memicu pencaplokan terhadap sebagian besar sumber daya alam dan aset nasional ke tangan korporasi asing.