Matahari siang, tiga hari jelang hari raya bersinar terang. Cahanya masuk diantara celah celah genting atap pawon rumah Sardi Blenthot. Tampak terlihat garis cahaya karena sinar menembus kepulan asap dari pawon. Api tampak memerah dikolong pawon yang diatasnya tampak panci besar.
Isi panci bisa ditebak, kalau tidak beerisi kupat ya isi lepet. Terlihat dari juntaian janur yang keluar dari panci karena tidak tertutup sempurna. Air tampak keluar dari panci, karena didalam panci, air menggelegak.
Terdengar suara khas gelegak air didalam panci aluminium berukuran 22 cm, berisi  beberapa ikat kupat slamet. Biasanya jelang hari raya keluarga Sardi Blenthot membuat kupat Slamet maupun kupat Cinta. Sebagai tradisi turun temurun dari leluhur.
Kupat bagi keluarga Sardi Blenthot sebagai symbol berakhirnya puasa Ramadhan. Wulan poso yang segera berakhir.
Maka membuat kupat slamet untuk dibawa kepungan atau kenduri atau slametan di langgar atau mushola dekat rumah. tapi lebih biasa lagi di halaman rumah tokoh tetua desa, setelah takbir hari raya. sak bare sholat idul fitri.
Sardi Blenthot terdiam, kemudian pikirannya melayang. Sayup didunia alam pikir, mengumandang bawa pathet 6.
Ngambara Ing awang-awang
angelangut bebasan tanpo tepi
Narabasing mego mendhung
Miber ngideri jagad
Ngulandoro ngamboro ngunggahi