Mohon tunggu...
Kang Hens
Kang Hens Mohon Tunggu... Jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pekerja media

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika Dunia Berubah Cepat: Aktivitas Tanpa Batas dari Desa di Tapal Batas

13 Mei 2023   09:45 Diperbarui: 13 Mei 2023   09:52 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: Dok. Pribadi

Internet, sebuah kosakata yang tak pernah dikenal oleh anak-anak di awal tahun 1990-an. Berada di tapal batas provinsi Jawa Barat yang dahulu menyandang predikat sebagai desa IDT (inpres desa tertinggal), anak-anak di masa itu, jangankan mengenal internet, listrik pun belum masuk.

Tak ada tanda-tanda kemajuan di masa itu. Di saat desa-desa di perkotaan sudah teraliri listrik, desa yang berada di Kecamatan Ciwaru (setelah pemekaran, sekarang Kecamatan Karangkancana -red) Kabupaten Kuningan, desa itu masih gelap dan terisolir.

Peralatan elektronik sangatlah langka dan jadi barang mewah. Tak mengenal HP dan apapun yang terkait kemajuan zaman. Bahkan, untuk berkomunikasi dengan orang yang jauh, masyarakat lokal kala itu masih mengandalkan kearifan lokal yang berbau mistik bernama "puter giling".

Lalu, dunia dan peradabannya bergerak cepat. Setelah puluhan tahun berlalu, smartphone makin menjamur, internet pun kian mudah didapatkan. Di tapal batas sekalipun, yang dahulu jauh dari peradaban, generasi milenialnya kini sudah terbiasa bermain game dari Mobile Legend hingga bermedsos Tiktok dan sebangsanya.

Dengan internet, masyarakat desa sekalipun terutama anak-anak mudanya kini bisa beraktivitas tanpa batas, jadi konten kreator di berbagai kanal medsos. Jadilah mereka influencer dengan seabrek followersnya dengan julukan YouTuber, selebgram, sampai Tiktoker.

Terlebih, saat ini layanan internet provider seperti IndiHome juga sudah menembus ke desa-desa di Indonesia. Dengan fasilitas ini, tentu aktivitas ngonten/bikin konten semakin lancar, mudah, dan jadi lebih cepat.

Tentu, urgensi internet hanya melulu soal membuat konten yang menarik, segar, dan inspiratif. Termasuk belajar daring juga memerlukan kekuatan internet yang memadai. Di masa pandemi lalu, internet provider seperti IndiHome ini turut berperan dalam mencerdaskan anak bangsa. Tak berlebihan, jika internet berperan dalam mengawal perjalanan generasi sebuah bangsa.

Mengenal internet

Di belahan dunia lain, tepatnya di Amerika Serikat, internet mulai muncul pada Oktober 1960 yang dikenal dengan ARPANET (Advanced Research Project Agency Network). Melansir Baktikominfo.id, ARPANET sendiri merupakan proyek yang dibuat oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang diketuai oleh Joseph Licklider.

Sejarah mencatat, di Indonesia sendiri internet mulai dikenal pada awal tahun 1990-an. Saat itu jaringan internet di Indonesia lebih dikenal sebagai paguyuban network.

Berdasarkan catatan whois ARIN dan APNIC, protokol Internet (IP) pertama kali dari Indonesia, UI-NETLAB (192.41.206/24) didaftarkan oleh Universitas Indonesia pada 24 Juni 1988.

Lalu, internet service provider mulai bermunculan. Pada 1994, salah satu internet provider mulai beroperasi. Pada 2015 lalu, IndiHome sebagai internet provider pun resmi diluncurkan sebagai salah satu program dari proyek utama Telkom Indonesia, yakni Indonesia Digital Network 2015.

Agar programnya berjalan sempurna, Telkom Indonesia menggandeng sejumlah pengembang teknologi telekomunikasi untuk membangun rumah berkonsep digital.

Setelah hampir 8 tahun berlalu, IndiHome sukses menunjukkan eksistensinya dan mencatatkan tinta emas sebagai salah satu internet provider paling terkemuka di Tanah Air.

Berdasarkan catatan yang dilansir dari CNBC Indonesia, saat ini total pelanggan IndiHome telah mencapai 9,2 juta, dan akan terus meningkat seiring tingginya minat pada fixed broadband.

Bahkan, VP Marketing Management PT Telkom Indonesia Tbk. Edie Kurniawan menargetkan layanan fixed broadband, IndiHome, bisa mencapai hingga 10,2 juta pelanggan tahun 2023 ini. Perusahaan menargetkan jumlah pelanggan bisa bertambah 600 ribu hingga 1 juta pelanggan di 2023.

Menurutnya, IndiHome memiliki dua fokus, yakni memberikan layanan terbaik dan ada tanggung jawab broadband bukan hanya menjangkau perkotaan, tapi juga di pulau-pulau terluar.

Jumlah pengguna internet di Indonesia juga mengalami lonjakan yang signifikan. Berdasarkan catatan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 78,19 persen pada 2023 atau menembus 215.626.156 jiwa dari total populasi yang sebesar 275.773.901 jiwa.

Seiring dengan waktu, angka tersebut dipastikan akan terus bertambah. Maka visi Telkom untuk menjadi digital telco pilihan utama untuk memajukan masyarakat, diharapkan bisa terwujud. Semoga! 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun