Mereka bercerai. Sonya, sepertinya kembali dengan lelaki yang dulu akan menikahinya. Sementara Tarmo, kembali menjadi tukang ukir. Setelah usahanya bangkrut dan tak dapat bangkit kembali. Sebagian besar asetnya juga sudah berpindah tangan, karena sebagian besar diatas namakan Sonya, mantan istrinya.
"Memang Kamu ingin kerja apa?" kata temannya, yang juga sesama tukang ukir.
"Aku ingin menjadi Satpam." Jawab Tarmo.
"Haha ... Seperti Saridin, Mukmin, Samiun, dan yang lainnya?"
"Iya, Aku ingin seperti mereka."
"Apa enaknya menjadi seorang Satpam?"
"Jika aku menjadi Satpam, aku bisa mengamankan perusahaan dari karyawan-karyawan maling. Yang sukanya mengambil keuntungan pribadi. Tak peduli siapa pun yang akan dirugikan."
"Maksudmu?"
"Usahaku bangkrut, sebenarnya, bukan hanya disebabkan oleh pembeli online yang menipuku. Tapi, banyak perilaku karyawanku sendiri yang cara kerjanya sudah seperti maling."
Tarmo menyerahkan penuh, usaha mebel, pada karyawannya. Semuanya, mulai pembelian bahan baku, penggajian, menangani pembeli, menangani pengrajin dan semuanya.
Tak sedikit dari mereka yang berkhianat. Banyak harga yang sengaja dinaikkan. Gaji karyawan yang direkayasa. Bahkan, tak sedikit pula pengrajin yang harus menyetor uang imbalan, agar mendapat order dari perusahaan.