Mohon tunggu...
Nur Azis
Nur Azis Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sepanjang waktu

Bercerita dalam ruang imajinasi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Aku Ingin Menjadi Satpam

27 Oktober 2019   23:59 Diperbarui: 28 Oktober 2019   00:18 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nyatanya, benar apa yang menjadi keyakinan Tarmo. Semua bisa dibeli dengan uang. Barangkali, jika ada kesempatan memilih, Sonya akan tetap dengan pilihannya. Namun sayangnya, pilihan itu tidak berada di tangan Sonya, melainkan ada di tangan orang tuanya.

Tarmo lebih menjanjikan. Kuberlimpahan materi, membuat mata orang tua Sonya silau. Hingga akhirnya, rencana pernikahan yang semula, terpaksa dibatalkan. Jika ditanya kenapa, tentu ada banyak alasan yang bisa disampaikan.

Tak bisa menolak. Sonya menuruti keinginan orang tuanya. Menikah dengan Tarmo, seorang pengusaha mebel, yang berjanji akan membahagiakannya, dengan cara, memberikan apa saja yang dia minta, apa pun itu.

Memang di awal pernikahan, semua berjalan dengan baik dan terlihat bahagia. Usaha Tarmo yang berjalan baik, dia bisa memenuhi semua kebutuhan istrinya. Seperti perawatan tubuh, yang tiap minggunya bisa menghabiskan ratusan ribu. Belanja pakaian, tas, sepatu, dan sebagainya.

Namun seperti yang lainnya, namanya usaha selalu saja ada naik dan turun. Demikian juga yang dialami Tarmo. Dia tertipu oleh pembeli online. Jumlahnya tidak sedikit, mencapai ratusan juta. Sebelumnya, pembeli tersebut memesan barang, kemudian membayarnya. Namun ketika pembeli tersebut memesan satu kontainer, setelahnya, tidak membayar dan justru menghilang.

Mencoba menyelidiki keberadaan sang penipu ke beberapa alamat, semua tak membuahkan hasil. Percuma saja, hanya membuang waktu serta biaya. Biar lah semua itu menjadi pengalaman. Tak hanya untuk Tarmo, tapi juga bagi semua pengusaha. Selalu saja hati-hati, dan tak mudah percaya dengan orang lain. Semua orang berpotensi melakukan itu.

Dikala usaha sedang turun, Tarmo berharap ada yang menguatkannya. Istrinya. Tapi tidak. Sonya tak mau tahu dengan segala usaha suaminya. Baginya, semua kebutuhannya harus terpenuhi. Dengan cara apa pun dia tak peduli. Bahkan, jika sampai usaha suaminya bangkrut sekali pun.

Selalu saja terjadi pertengkaran. Sonya menuntut ini dan itu. Sementara Tarmo juga menuntut, agar istrinya bisa menyadari kondisi usahanya yang sedang bangkrut seperti sekarang.

Tak ada saling pengertian. Satu sama lain, saling menguatkan ego masing-masing. Untuk apa mempertahankan perahu yang sebagian besarnya sudah bocor dan rapuh, sementara ombak makin besar, dan siap menenggelamkan perahu tersebut.

"Aku ceraikan kamu!" kata Tarmo kepada istrinya

"Syukurlah, Memang sudah lama aku menunggunya." Jawab Sonya dengan enteng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun