"Waduh, Yah, harganya gak kira-kira."
"Masak 20 ribu saja dapat segini."
"Di mall juga lebih murah tapi adanya daging beku."
Begitu kira-kira komentar orang rumah setiap kali berencana memasak daging. Saya yang memang jarang masuk pasar dan berbelanja awalnya memang sedikit tidak peduli, toh, bukannya harga daging segar memang selama ini mahal bukan?
Tapi, kesadaran itu perlahan-lahan muncul. Saya pikir-pikir, kok, daging selalu saja mahal sementara kebutuhan atau orang yang mengonsumsinya selalu saja ada. Bukanya di luar negeri, pengalaman pribadi sebenarnya, harga per kilo jauh lebih murah... ini yang sempat melintas sejenak di benak saya. Lintasan itu memang terjawab kini.
Oke stop dulu lamunan kepala keluarga menjelang lebaran ini. Kita kembali fokus ke pemaparan Menteri Perdagangan...Â
Lembong juga menambahkan sebenarnya ada salah satu cara untuk menghindari kejadian kenaikan harga daging sapi segar ini tidak terulang kembali. Antara lain dengan pola konsumsi yang beralih dari konsumsi daging segar ke daging beku.
"Kebiasaan itu yang bisa diubah karena selama ini masyarakat seringnya mengonsumsi daging segar padahal dengan beralih ke daging beku jauh lebih murah dan juga lebih hiegienis," tambahnya.
O ya, tadi pagi saya diingatkan kembali melalui WA oleh teman saya yang menjual daging itu. Ia kembali bertanya kapan dagingnya mau dikirim. Ah... saya rasa ada sapi di lebaran di rumah saya nanti. Bentuknya tentu semur daging....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H