Mohon tunggu...
Kang Arul
Kang Arul Mohon Tunggu... Penulis - www.dosengalau.com

www.dosengalau.com | sering disebut sebagai dosen galau membuatnya sering galau melihat kehidupan. Lulusan S3 Kajian Media dan Budaya dari UGM Jogjakarta ini menjadi konsultan media digital yang telah menulis lebih dari 100 buku dan memublikasikan ratusan artikel secara nasional dan internasional.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Nak, Belajarlah dari Budaya Toyota

22 Juni 2015   09:38 Diperbarui: 13 Juli 2015   06:12 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah…

Ia menempelkan stiker ‘baby in car’ di belakang mobil agar pengendara yang berada di belakang tahu bahwa ada bayi di dalam mobil itu. Mengendara dengan sangat berhati-hati agar selamat sampai ditujuan.

Ayah...

Ia yang menjadi saksi bahwa di bangku belakang mobilnya itu dari seorang bayi tumbuh menjadi gadis yang menjadi cahaya matanya. Dalam senang, duka, sakit, sehat, dan dalam semua kondisi apapun ayah selalu ada untuknya.

Ayah….

Betapapun bayi yang dikasihinya itu berubah dan bahkan sedikit membenci perhatian yang diberikan sang ayah, namun ia tetap setia mengantarkan kemanapun anak perempuan itu pergi. Sampai ke pelaminan… dan bahkan hingga sang cucu lahir.

Ini adalah video luar biasa yang diterbitkan Toyota dalam rangka menyambut Hari Ayah. Video berdurasi 3 menit 26 detik itu bagi saya berhasil menggambarkan bagaimana sosok seorang ayah yang penuh kasih. Link videonya klik di sini.

Tapi… video yang sudah ditonton lebih dari tiga juta di You Tube sejak pertama kali dipublikasikan di kanal resmi Toyota pada 12 Juni 2015 itu juga menampilkan sisi sang anak perempuan.

Sudut pandang bagaimana perhatian sang ayah ketika es krimnya tumpah, ketika ia melihat ayah memberikan sarung tangan rajutan wol untuk menahan dingin, hingga bagaimana raut wajah sang ayah yang menahan tangis ketika menerima pemberian bunga darinya saat menikah.

Sudut pandang dari seorang bayi yang tumbuh dewasa dan sekali lagi melihat sang ayah menempelkan stiker ‘baby in car’ di belakang mobil. Dan.. bagaimana mereka berada di mobil yang betul-betul memberikan rasa aman.

Buat yang penasaran dengan video tersebut coba masukkan kata kunci ‘Loving Eyes-Toyota Safety Sense’. Jika transfer data internet lancar, maka hanya sekian detik kita bisa menyaksikan video tersebut.

Bagi saya… video tadi tidak sekadar cerita atau drama kehidupan yang bisa dilihat sehari-hari. Video itu adalah bukti bagaimana sebuah filosofi dari Monozukuri Toyota yang tidak sekadar sebuah pabrik penghasil mobil semata tetapi mengerti bagaimana manusia itu secara individu. Individu yang tidak hanya menikmati hasil dari proses panjang produksi dan mengendarainya di jalan, melainkan individu yang berada dalam proses panjang produksi itu sendiri.

Kembali ke video ayah-anak perempuan tadi. Cerita tersebut ditutup dengan kalimat ‘Love Works Invisible. Toyota Love Work’. Sebuah frasa yang menyatakan bahwa Toyota memberikan segenap cinta dalam ‘pekerjaan’. Karena, cinta bisa menggerakkan individu menjadi pribadi yang luar biasa. Termasuk aplikasinya dalam bekerja. Seseorang yang bekerja dengan cinta maka hasilnya akan menjadi berbeda dengan seseorang yang bekerja karena tuntutan kebutuhan gaji semata.

Cinta itu yang saya temukan saat berkunjung ke PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) di Sunter dalam rangka Kompasiana Visit Rabu, 10 Juni 2015 lalu. Perwujudkan cinta yang tidak hanya muncul dari individu-individu luar biasa yang berada di pabrik, tetapi juga mesin-mesin dan semua komponennya yang juga memanusiakan pekerjanya.

Lihatlah bagaimana sebuah pabrik yang berisi mesin dan penuh dengan aktivitas kerja dengan tenggat waktu dan prosedur yang ketat memiliki satu klaster tempat duduk yang tertata apik. Ada ornamen air mancur dua tingkat di sana, tiang lampu, tanaman, dan lantai kayu. “Di sini siapapun bisa beristirahat ketika lelah,” begitu penjelasan dari staf pemandu saat kami berkeliling di pabrik yang terletak di Sunter itu.

Salah satu sudut taman untuk karyawan di TMMIN Pabrik Sunter 1. (Foto: Kompasiana/Santo)

Itu adalah sebagian kecil Budaya Toyota. Sebuah budaya yang menjadi jantung dari Toyota Way.

Toyota Way tidak sekadar menjadi cara yang ada di pabrik Toyota seluruh dunia saja, melainkan juga semacam kutipan pendiri brand ini, tradisi oral yang kaya dalam perusahaan mengenai nilai, keyakinan, sampai pada kisah-kisah yang menginspirasi.

Dalam catatan sejarah yang saya temui dari tulisan Liker dan Hoseus (2008) dalam buku Toyota Culture, The Heart and Soul of Toyota Way saya mendapatkan bahwa Toyota Way memberikan penghargaan terlebih dahulu kepada manusia. Filosofi ini diambil dari pengalaman menjalankan pabrik selama bertahun-tahun.

Hanya saja, menjadi catatan penting, bahwa Toyota Way memerlukan waktu sampai 10 tahun menjadi bahan tertulis. Sebab, selama ini ajaran-ajaran itu hanya disampaikan secara oral kepada karyawan, pemasok, distributor, dan sebagainya.

Di bawah pengawasan Fujio Cho yang kemudian menjadi presiden di Toyota, pada tahun 2001 Toyota Way berhasil dituliskan dan menjadi pedoman. Sebuah upaya yang memerlukan penulisan berulang kali bahkan sampai mengalami 20 kali revisi.

Terbukti, Toyota Way menjadi sangat populer di industri otomotif. Liker dan Hoseus (2008:15) sendiri bahkan dalam bukunya memberikan catatan khusus bahwa telah banyak yang mempelajari lean production sebagai upaya menekan pemborosan dan Toyota Production System (TPS) menjadi sistem yang sangat populer.

Ibarat sebuah rumah, Toyota Way itu adalah atapnya dan prinsip Perbaikan Terus-menerus serta Menghargai Orang menjadi dua tiang yang menyangga atap. Sebagai dasar ada lima prinsip utama yakni Tantangan, Kaizen, Genchi Genbutsu, Menghargai dan Kerja Tim. Inilah Toyota yang tidak hanya sebagai pabrik otomotif semata tetapi memiliki budaya. Sebuah budaya yang merupakan DNA bagi Toyota itu sendiri.

Jeffrey Liker (2004) dalam buku The Toyota Way: Fourteen Management Principles from World’s Greatest Manufacturer memberikan penjelasan bahwa Toyota Way adalah prinsip-prinsip manajemen Toyota dengan model 4P yakni Phylosophy, Process, People dan Problem Solving.

“Mengapa ketika jalan kedua tangan kita tidak boleh masuk ke dalam saku?” retoris Toermudi selaku selaku Manager PAD Sunter 1, “karena ketika kita jatuh, kedua tanga kita dapat membantu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan”.

Kira-kira begitulah filosofi dalam menghargai keberadaan orang dalam Toyota Way. Ia adalah budaya yang menjadi dan harus terus-menerus dipahami dan digali sumbernya sampai menjadi DNA tidak hanya karyawan, pemasok, atau distributor semata melainkan juga kepada konsumen yang menggunakan produk dari Toyota itu sendiri.

Prinsip dalam Totoyta Way yang berlaku di semua pabrik Toyota di seluruh dunia. Prinsip tersebut terbagi menjadi empat klaster besar yakni Phylosophy yang menekankan tentang tujuan Toyota dan mengapa perusahaan itu ada, Process yang menunjukkan apa yang diyakini oleh Toyota akan menghasilkan operasi pabrik yang luar biasa termasuk menekan pemborosan, People sebagai prinsip yang menekankan pada mereka yang menggerakkan perusahaan ke depan dan budaya adalah sesuatu yang mengajarkan mereka tentang bagaimana bertindak, berpikir, dan merasakan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan, dan Problem Solving sebagai prinsip yang menjelaskan cara orang-orang Toyota memfokuskan upaya untuk melakukan terus-menerus.

Secara lebih rinci Toyota Way itu dijelaskan ke dalam 14 prinsip, yakni

Filosofi Jangka Panjang

  1. Keputusan manajemen Anda harus berdasarkan filosofi jangka panjang sekalipun untuk hasil atau sasaran finansial jangka pendek.

Lean Process: Proses yang tepat akan membuahkan hasil yang tinggi

  1. Ciptakan ‘aliran’ proses yang terus-menerus untuk mengangkat masalah ke permukaan.
  2. Gunakan sistem ‘tarik’ untuk menghindari produksi berlebihan.
  3. Bagilah secara merata beban kerja (Heijunka).
  4. Ciptakan budaya berhenti untuk menyelesaikan masalah masalah, buna mendapatkan kualitas yang tepat pada saat pertama.
  5. Tugas dan proses yang standar adalah fondasi bagi perbaikan yang terus-menerus dan pemberdayaan karyawan.
  6. Gunakan kendali visual sehingga tidak ada masalah yang tersembunyi.
  7. Gunakan hanya teknologi yang anda dan teruji sepenuhnya yang melayani orang-orang dan proses-proses Anda.

People: Kembangkan dan tantang orang-orang serta mitra Anda melalui hubungan jangka panjang

  1. Tumbuhkan pemimpin-pemimpin yang memahami pekerjaan secara sepenuhnya, menghidupkan filosofi, dan mengajarkannya kepada orang lain.
  2. Kembangkan orang dan tim yang luar biasa yang mengikuti filosofi perusahaan Anda.
  3. Hargai para pemasok Anda dengan menantang mereka dan membantu mereka menjadi semakin baik.

Problem Solving: Pemecahan masalah dan perbaikan terus-menerus menggerakkan organisasi pembelajar.

  1. Pergi dan lihatlah agar Anda memahami situasi sepenuhnya (Genchi Gembutsu).
  2. Buatlah keputusan secara perlahan melalui konsensus dengan mempertimbangkan sepenuhnya semua opsi yang ada dan kemudian melaksanakan keputusan secepatnya.
  3. Menjadi organisasi pembelajar melalui refleksi yang keras hati (hansen) dan perbaikan terus-menerus (kaizen).

Sekitar pukul dua lewat beberapa menit saya terhenti di sebuah lokasi di dalam pabrik TMMIN Sunter 1. Di situ saya melihat sebuah filosofi yang sangat berarti terpampang dalam bahasa Inggris.  ‘We make people first before we make product’ Kira-kira begini artinya 'kami menghasilkan orang sebelum menghasilkan produk’. Inilah yang dikatakan sebagai DNA Toyota Way atau Budaya Toyota bahwa setiap manusia adalah bagian terpenting dalam proses produksi sama halnya dengan waktu, prosedur, komponen mesin, bahkan baut sekalipun.

Saya mencoba kembali memahami makna Toyota Way itu dalam video promosi ‘Hari Ayah’ di You Tube tadi. Sebuah mobil yang menjadi saksi dari perjalanan panjang antara ayah dan anak perempuannya serta sampai lahir generasi seterusnya. Yang mengatakan kepada dunia pada cerita dalam video yang merupakan promosi Toyota Safety Sense ini adalah hasil dari usaha terus-menerus yang dilakukan oleh pabrikan terbesar di dunia ini. Bahkan dari Indonesialah Toyota menghasilkan mobil Fortuner yang dipakai di seluruh dunia.

Namun, ibarat manusia yang memiliki keturunan dan selalu berganti dari generasi satu ke generasi lainnya. Toyota Way meski sudah dijadikan buku pegangan dan tercatat tetap saja tidak sesederhana itu dimaknai.

Sebuah komentar kecil dari Katsuaki Watanabe selaku Presiden Toyota Motor Company kala itu yang menyatakan, “Tidak ada akhir dalam proses mempelajari Toyota Way. Saya tidak merasa telah memahami Toyota Way sepenuhnya sekalipun saya telah bekerja untuk perusahaan selama 43 tahun.”

Ya… sebuah budaya dalam kajian kebudayaan merupakan seseuatu yang tidak terhenti begitu saja. Budaya selalu berkembang seiring dengan kemajuan zaman, perubahan waktu, sampai pada determinasi teknologi yang semakin canggih.

Namun, jangan dilupakan bahwa budaya itu sendiri bukanlah artefak yang muncul begitu saja. Budaya merupakan hasil dari interaksi orang-orang yang ada dan bagaimana nilai-nilai itu saling dipertukarkan satu dengan yang lainnya.

Apa yangn disampaikan Katsuaki Watanabe memang ada benarnya bahwa Toyota Way sebagai sebuah budaya tidaklah bisa sesaat dipahami. Sebagai sebuah jantung dari Toyota Way itu sendiri Budaya Toyota akan terus, terus, dan terus berkembang.

Dan saya kembali mengutip penutup video tadi ‘Love Works Invisible. Toyota Love Work’.

Tak mengherankan apabila dalam paruh pertama catur wulan di 2015 Toyota Indonesia mengekspor sekitar 44,000 unit Toyota Brand Completely Built Up (CBU) kendaraan. JKumlah ini sekitar 30.3%  mengalami kenaikan di periode sama tahun lalu  yang hanya 33,800 unit.  Pencapaian ini ditambah lagi dengan adanya kenaikan sekitar 200 persen dari volume ekspor Vios dari  sebelumnya hanya 3.000 unit menjadi 10.000 unit. 

Terima kasih Toyota karena telah mengajarkan nilai yang berharga dalam kehidupan ini. Menghargai manusia....

Suatu saat nanti saya akan mengatakan, "Nak, belajarlah dari Budaya Toyota..." untuk mengantarkan mereka menjadi manusia yang sukses.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun