"Rasa..."
***
Suatu sore saya datang ke toko buku di kawasan Bintaro. Biasa, sebuah rutinitas yang sudah saya lakukan bertahun-tahun; mendatangi toko buku sekadar membaca buku terbaru tanpa mengeluarkan uang. :)
Rak pertama yang selalu saya datangi adalah majalah. Sebuah majalah film lllllllllllllllllll selalu menjadi lauk pertama yang saya kunyah. Minimal saya bisa update film terbaru keluaran Hollywood. Sayang tak ada majalah yang khusus membahas film India....
Setelah selesai baca majalah, saya mengunjugi rak buku lainnya. Tidak pernah harus rak ini atau rak itu; yang penting bisa mencari buku terbaru.
Saya mengambil sebuah buku. Kebetulan plastik pembungkusnya sudah lepas (atau saya yang lepas ya? *pura-pura mode on). Membaca halaman demi halaman... sampai seseorang tiba. Dari lirikan sekilas dia seperti mahasiswa. Saya cuek, maklum sedang konsen melahap buku baru.
Tak lama kemudian si mahasiswa itu mengeluarkan buku saku dan bulpen. Buku yang dibacanya disalin pelan-pelan. Serius sekali dia.
Saya penasaran, saya lirik dia, saya lirik buku yang sedang dibacanya, dan....
Deg...plash... saya melihat kaver buku itu akrab sekali. Bagaimana tidak akrab, wong kaver buku itu adalah buku yang saya tulis soal panduan bagaimana llllllllllllllllllllllllll   lllllllllllllll.
Saya jadi lupa dengan buku di tangan. Perasaan ini terasa sulit dituliskan; bagaimana buku yang saya tulis bisa dinikmati oleh orang lain. Ge er? Pastinya.
Tanpa diketahui, saya saksikan si mahasiswa itu sampai habis membacanya, habis menulisnya, dan meninggalkan rak buku tersebut. Saya ingin menikmati perasaan yang sedang menyelubungi hati saya. Menikmati sebuah kebanggaan yang mengalir di dalam darah dan, kalau mau lebay, sampai ke pori-pori serta mendirikan bulu kuduk. Beuuhhh...