Mohon tunggu...
Kang Arul
Kang Arul Mohon Tunggu... Penulis - www.dosengalau.com

www.dosengalau.com | sering disebut sebagai dosen galau membuatnya sering galau melihat kehidupan. Lulusan S3 Kajian Media dan Budaya dari UGM Jogjakarta ini menjadi konsultan media digital yang telah menulis lebih dari 100 buku dan memublikasikan ratusan artikel secara nasional dan internasional.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ramuan Menjaga Gairah Menulis

27 April 2011   23:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:19 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Rasa..."

***

Suatu sore saya datang ke toko buku di kawasan Bintaro. Biasa, sebuah rutinitas yang sudah saya lakukan bertahun-tahun; mendatangi toko buku sekadar membaca buku terbaru tanpa mengeluarkan uang. :)

Rak pertama yang selalu saya datangi adalah majalah. Sebuah majalah film lllllllllllllllllll selalu menjadi lauk pertama yang saya kunyah. Minimal saya bisa update film terbaru keluaran Hollywood. Sayang tak ada majalah yang khusus membahas film India....

Setelah selesai baca majalah, saya mengunjugi rak buku lainnya. Tidak pernah harus rak ini atau rak itu; yang penting bisa mencari buku terbaru.

Saya mengambil sebuah buku. Kebetulan plastik pembungkusnya sudah lepas (atau saya yang lepas ya? *pura-pura mode on). Membaca halaman demi halaman... sampai seseorang tiba. Dari lirikan sekilas dia seperti mahasiswa. Saya cuek, maklum sedang konsen melahap buku baru.

Tak lama kemudian si mahasiswa itu mengeluarkan buku saku dan bulpen. Buku yang dibacanya disalin pelan-pelan. Serius sekali dia.

Saya penasaran, saya lirik dia, saya lirik buku yang sedang dibacanya, dan....

Deg...plash... saya melihat kaver buku itu akrab sekali. Bagaimana tidak akrab, wong kaver buku itu adalah buku yang saya tulis soal panduan bagaimana llllllllllllllllllllllllll    lllllllllllllll.

Saya jadi lupa dengan buku di tangan. Perasaan ini terasa sulit dituliskan; bagaimana buku yang saya tulis bisa dinikmati oleh orang lain. Ge er? Pastinya.

Tanpa diketahui, saya saksikan si mahasiswa itu sampai habis membacanya, habis menulisnya, dan meninggalkan rak buku tersebut. Saya ingin menikmati perasaan yang sedang menyelubungi hati saya. Menikmati sebuah kebanggaan yang mengalir di dalam darah dan, kalau mau lebay, sampai ke pori-pori serta mendirikan bulu kuduk. Beuuhhh...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun