Survei melalui dunia maya pun dilakukan. Lalu terpilihlah Kampung Samenage, Kab. Yahukimo, Papua, sebagai lokasi proyek STUP. Riyanti dan rekan-rekannya gencar mencari bantuan dari berbagai pihak dengan membuka program donasi. Untuk menunjang visinya, STUP berencana untuk membangun "Honai Mimpi" di Samenage. Bangunan sederhana tersebut akan dijadikan rumah baca yang bisa dimanfaatkan warga setempat, khususnya anak-anak. Diharapkan mereka tidak asing dengan bangunan tersebut karena Honai sendiri adalah rumah adat Papua.
Setelah bantuan terkumpul dan persiapan cukup matang, Riyanti bersama Frinsoni Buaton Nainggolan mewakili STUP melaksanakan proyeknya ke Samenage pada 28 Desember 2013. Mereka disambut hangat oleh warga Samenage. Riyanti dan tim  mulai "menginvasi" sekolah dengan mengajar banyak hal, baik formal maupun informal. Mulai dari berhitung hingga penyuluhan pentingnya hidup sehat.
"Warga sangat kooperatif dan mendukung kegiatan kami. Yang paling nyata, Honai Mimpi dibangun seutuhnya dengan swadaya masyarakat dari orang dewasa sampai anak-anak. Kami tidak membayar sepeser pun. Orangtua juga mengizinkan anak-anaknya datang ke sekolah," ujar mahasiswi Hubungan Internasional Unpad ini.
Pembangunan Honai Mimpi memang dilakukan secara sukarela. Dimulai pada 4 Januari 2014, masyarakat memanfaatkan bahan-bahan yang dicari sendiri di hutan dan di sekitar lokasi. Hingga akhirnya fisik Honai Mimpi rampung pada 17 Januari 2014. Kepala Kampung Samenage saat itu mengundang warganya dan warga kampung lain untuk mengadakan syukuran peresmian Honai Mimpi. Pada saat itu pula secara simbolik Riyanti menyerahkan bantuan yang digalang STUP.
Tentu pembangunan Honai Mimpi tak sekadar jadi. Riyanti pun mengajak warga untuk melakukan dekorasi yang akan membuat suasana bangunan nyaman untuk dijadikan tempat belajar, bermain, dan bermimpi. Buku-buku dan mainan disusun sedemikian rupa agar mudah didata dan dijaga. Tak lupa kata-kata motivasi menjadi penghias yang diharapkan mampu membangkitkan asa. Riyanti begitu terkesan dengan semangat belajar anak-anak di sana meski dalam kondisi yang terbatas.
"Misalnya, anak kelas 2 SD di kota, setidaknya di tempat saya sekolah dulu, sudah belajar perkalian pembagian. Tapi di Samenage, anak kelas 6 masih sulit membaca dan belum lancar penjumlahan," katanya prihatin.
Apa yang ia lakukan di usia yang masih cukup muda ini mendapat tanggapan yang begitu positif dari lingkungan sekitarnya. Banyak yang menganggap Riyanti adalah sosok yang menginspirasi karena perhatiannya kepada anak-anak yang membutuhkan. Maizal Walfajri, Koordinator STUP yang menggantikan Riyanti, mengungkapkan Riyanti sosok sosialis yang memiliki keteguhan dan pemikiran yang sekeras batu.
"Namun berhati selembut salju, peka terhadap lingkungan," kata Maizal.
Riyanti menganggap pengalamannya melalui STUP ini sangat berharga dalam kehidupan. Kini Riyanti memang tak lagi menjadi koordinator STUP. Namun ia tetap berkontribusi dalam gerakan ini meski tidak mau banyak mengarahkan karena ia yakin visinya tetap berjalan dengan baik, bahkan lebih. Riyanti tak berani menganggap apa yang dilakukannya sejauh ini telah membuat perubahan bagi Papua. Ia ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk mengambil kesempatan membantu membangun tanah Papua.
"Banyak orang Indonesia lebih bangga jika berpergian ke luar negeri. Saya sudah berkesempatan dua kali ke luar negeri, dan bagi saya Papua jauh lebih berkesan dari luar negeri," kata perempuan yang hobi berpetualang ini.