Mohon tunggu...
Agus Salim Fajri
Agus Salim Fajri Mohon Tunggu... Guru - Belajar Setiap Saat

Lahir di Desa Kantan Muara, 25 Agustus 1991 *Riwayat Pendidikan: - SDN Kantan Muara 1 - SMPN 3 Pandih Batu - MAN Maliku - Universitas Palangka Raya. *Organisasi yang diikuti: - Pramuka - KNPI - Persaudaraan Setia Hati Terate

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

13 Agustus 2024   03:29 Diperbarui: 13 Agustus 2024   03:32 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Nama         : Agus Salim Fajri, S.Pd

Sekolah      : SDN Kantan Muara 2

Calon Guru Penggerak Angkatan 10 - Kab. Pulang Pisau

Pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan koneksi antar materi pada modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Modul ini merupakan rangkaian modul dari pendidikan guru penggerak angkatan 10 yang saya ikuti. Tulisan ini dimaksudkan agar menjadi bahan refleksi bagi diri sendiri (penulis). Ada kutipan kata bijak yang mengatakan:

"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best - Bob Talbert)

Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Hal yang kita anggap sudah baik terkadang bukanlah yang terbaik (paling baik). Mengajarkan dan menumbuhkan kemampuan akademik adalah suatu hal yang penting, namun membentuk karakter dan moral anak jauh lebih penting. Sebagai pemimpin pembelajaran kita harus mengedepankan etika sebagai dasar dalam pengambilan keputusan karena bersumber dari nilai-nilai kebajikan universal. Selain itu, keputusan yang kita ambil haruslah berpihak pada murid dan harus bertanggung jawab.

Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Pada prinsipnya, pengambilan keputusan harus memperhatikan efek atau kemungkinan yang akan mengikuti dibelakangnya. Sebaiknya pengambilan keputusan diambil sesuai dengan kebermanfaatan bagi orang yang lebih banyak. Nilai-nilai kebajikan universal yang dianut akan mepengaruhi prinsip berpikir kita. Terdapat tiga prinsip yang kita anut dalam pengambilan keputusan yaitu berpikir berbasis hasil akhir (Ends Based Thinking), berpikir berbasis peraturan (Rule Based Thinking) dan berpikir berbasis rasa peduli (Care Based Thinking). Penggunaan prinsip-prinsip tersebut dalam pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Selain itu, setiap keputusan harus didasari pada unsur berpihak pada murid, nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab. Sehingga keputusan yang diambil nantinya akan meberi dampak positif pada lingkungan kita.

Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Dengan memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik melalui pemetaan di awal pembelajaran. Sehingga mampu menentukan langkah yang harus ditempuh dalam mengambil kebijakan. Hal yang utama dalam merdeka belajar adalah pembelajaran berpusat pada murid. Ini sangat sesuai dengan dasar pengambilan keputusan yang harus berpihak pada murid, bersumber pada nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggung jawab.

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

Education is the art of making man ethical. Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Puncak dari belajar adalah etika, karena semua hal yang kita pelajari akan tercermin dalam tingkah laku sehari-hari. Setelah mempelajari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin ini, kami menyadari bahwa semua teori-teori yang telah dipelajari akan sia-sia tanpa penerapan atau implementasi. Pendidikan merupakan wahana kita untuk melatih diri dalam berkehidupan di masyarakat. Dalam menerapkan teori yang telah dipelajari, kita juga perlu untuk berperilaku menyesuaikan diri sesuai dengan asas perilaku yang disepakati secara umum.

Selanjutnya, berikut ini adalah hasil rangkuman kesimpulan pembelajaran modul 3.1.

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

"Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani" merupakan Pratap Triloka dalam filosofi Ki Hajar Dewantara yang memiliki arti "di depan memberi teladan, di tengah memberi motivasi, dan di belakang memberikan dukungan". Semboyan ini sangat berkaitan erat dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, dimana ia harus mampu memposisikan diri baik di depan, tengah maupun belakang anggota yang dipimpinnya (murid). Pemimpin berperan bukan sebagai yang paling hebat (mampu), namun sebagai pembimbing dan penuntun.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap orang tentu memiliki nilai-nilai kebajikan yang diyakini dan tertanam dalam diri masing-masing. Nilai-nilai ini sangat mempengaruhi pilihannya dalam menentukan prinsip dalam pengambilan keputusan. Seperti kita ketahui bersama bahwa pengambilan keputusan dapat didasari oleh tiga prinsip yaitu berpikir berbasis hasil akhir (Ends Based Thinking), berpikir berbasis peraturan (Rule Based Thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (Care Based Thinking). Seorang yang reflektif dan memiliki jiwa sosial tinggi akan menggunakan prinsip berpikir berbasis hasil akhir dalam pengambilan sebuah keputusan. Seorang yang jujur dan memiliki komitmen kuat terhadap peraturan akan menggunakan prinsip berpikir berbasis peraturan. Sedangkan seorang yang menjunjung nilai empati, kasih sayang, dan kepedulian akan cenderung menggunakan prinsip berpikir berbasis rasa peduli.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Pada kegiatan coaching, kita telah diberikan pendampingan oleh fasilitator serta belajar untuk menemukan solusi secara mandiri. Solusi yang dipilih merupakan keputusan yang harus dipertanggung jawabkan dan merupakan pilihan terbaik diantara yang baik serta sama-sama memberi manfaat (win-win solution). Pengujian pengambilan keputusan dapat dilakukan secara runtut melalui 4 paradigma yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang, 3 prinsip prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli, serta 9 langkah di dalamnya yang meliputi:

  • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan,
  • Menentukan siapa saja yang terlibat,
  • Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan,
  • Pengujian benar atau salah yang di dalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola,
  • Pengujian paradigma benar lawan benar,
  • Prinsip Pengambilan Keputusan,
  • Investigasi Opsi Trilemma,
  • Buat Keputusan, dan
  • Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan.

Dengan melakukan identifikasi dan pengujian keputusan, maka akan diketahui efektifitas dari keputusan yang diambil, sehingga tidak ada lagi rasa cemas atau penyesalan dikemudian hari.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan mengelola dan menyadari aspek sosial dan emosional merupakan salah satu hal terpenting yang harus dimiliki seorang guru. Tidak jarang kita dihadapkan dengan situasi pengambilan keputusan yang terdapat unsur dilema etika di dalamnya. Kepekaan sosial dan emosional akan menumbuhkan rasa empati dan simpati, sehingga dapat menempatkan diri untuk bisa mengenal orang lain. Dengan demikian, kita dapat mengidentifikasi permasalahan secara bijaksana, dan pada akhirnya keputusan yang diambil merupakan pilihan terbaik. Guru yangmemiliki kemampuan baik dalam mengelola aspek sosial dan emosionalnya akan baik pula dalam memilih suatu keputusan.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Ada dua jenis masalah yang dihadapi oleh seorang pendidik dalam pengambilan keputusan. Bujukan moral yang merupakan pilihan antara benar dan salah serta dilema etika yang memiliki pilihan antara benar dan benar. Setiap pendidik tentu meyakini nilai-nilai kebajikan masing-masing, tidak semua sama antara satu dan lainnya. Kecenderungan nilai-nilai yang diyakini oleh seorang pendidik akan menentukan prinsip berpikirnya dalam pengambilan keputusan. Seperti yang sudah dibahas di atas yaitu seorang yang reflektif dan memiliki jiwa sosial tinggi akan menggunakan prinsip berpikir berbasis hasil akhir (Ends Based Thinking); seorang yang jujur dan memiliki komitmen kuat terhadap peraturan akan menggunakan prinsip berpikir berbasis peraturan (Rule Based Thinking); dan seorang yang menjunjung nilai empati, kasih sayang, dan kepedulian akan cenderung menggunakan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care Based Thinking).

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Keputusan yang diambil secara langsung dan tidak langsung akan berdampak pada pembelajaran dan tentu mempengaruhi situasi di sekolah. Setiap keputusan yang kita ambil harus berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, dan bijaksana serta tidak melanggar norma. Dengan demikian kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Sehingga pada akhirnya peserta didik mendapatkan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk belajar dengan baik serta dapat mengembangkan kompetensinya.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang dihadapi di lingkungan sekolah dalam pengambilan sebuah keputusan terutama kasus dilema etika adalah bagaimana cara menghasilkan keputusan yang bermanfaat bagi sebagian besar orang di dalamnya. Bahkan jika mampu, keputusan harus bermanfaat bagi semua pihak, tanpa terkecuali. Ini merupakan tantangan yang cukup berat, karena seperti namanya, yaitu "dilema". Berkaitan dengan perubahan paradigma, saat ini setiap pengambilan keputusan akan didasari oleh 4 paradigma, 3 prinsip berpikir, dan 9 langkah di dalamnya.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan yang dilakukan sangat besar terhadap pengajaran yang memerdekakan murid. Dalam mengambil keputusan tentu harus berpegang teguh kepada 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil. Dengan demikian, setiap keputusan yang diambil akan sangat berdampak bagi kemerdekaan murid. Pengambilan keputusan berkaitan dengan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda-beda mengarahkan kita kepada pembelajaran berdiferensiasi. Setiap potensi yang beragam dimiliki oleh murid harus difasilitasi oleh seorang guru. Ini merupakan tugas dan tantangan seorang guru untuk senantiasa kreatif dalam menyediakan pembelajaran.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ibarat dokter salah mendiagnosis pasiennya, begitu juga jika guru salah dalam mengidentifikasi kemampuan muridnya. Keduanya akan mempengaruhi perlakuan dan hasil akhir (masa depan) orang lain (pasien/murid). Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengidentifikasi sejak dini potensi-potensi yang dimiliki oleh murid-muridnya agar dapat mengambil keputusan yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Identifikasi kemampuan dapat dilakukan di awal pembelajaran misalnya dengan mengadakan asesmen diagnostik. Setelah mengetahui potensi murid-muridnya, kemudian menentukan seperti apa pembelajaran yang akan disajikan. Pembelajaran tentu harus memfasilitasi semua murid tanpa terkecuali. Karena potensi murid sangat beragam, maka pembelajaran berdiferensiasi merupakan satu pilihan yang saat ini dianggap paling tepat.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pada modul pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin ini dipelajari tentang cara kita dalam menghadapi suatu permasalahan terutama kasus yang mengandung dilema etika di dalamnya. Dengan mengetahui 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan, maka kita akan mampu mengidentifikasi sejauh mana efektifitas dari keputusan yang diambil.

Terkait dengan modul-modul sebelumnya, dalam pengambilan keputusan harus berdasarkan pada unsur berpihak pada murid sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara (modul 1.1). Pengambilan keputusan juga dipengaruhi oleh nilai-nilai kebajikan yang diyakini oleh seorang pemimpin (modul 1.2). Pemimpin pembelajaran tentu memiliki cita-cita atau visi terhadap dirinya maupun murid-muridnya, sehingga setiap keputusan yang diambil akan dipengaruhi juga oleh visi yang ingin diraih (modul 1.3). Keputusan yang diambil harus dimaknai dan tercermin dalam perbuatan yang nantinya akan menjadi sebuah kebiasaan baik dan budaya yang positif (modul 1.4).

Setiap pembelajaran harus memenuhi kebutuhan murid yang beragam (modul 2.1), keputusan yang diambil berdampak pada semua murid tanpa terkecuali. Seorang pemimpin perlu untuk mampu mengelola aspek sosial dan emosionalnya (modul 2.2) agar dalam mengambil sebuah keputusan lebih bijaksana. Kemampuan coaching (modul 2.3) merupakan metode dalam menemukan solusi dari sebuah permasalahan, ini sangat mempengaruhi pengambilan sebuah keputusan.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dilema etika adalah ketika dihadapkan dengan dua pilihan yang sama-sama memiliki nilai kebenaran di dalamnya, sedangkan bujukan moral merupakan pilihan antara benar dan salah. Di dalam dilema etika terdapat 4 paradigma pengambilan keputusan yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang. Dari keempat paradigma tersebut, semua memiliki nilai kebenaran, namun salah satunya adalah benar yang paling benar. Setiap keputusan yang diambil akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut, ini tercermin dari 3 prinsip berpikir dalam pengambilan keputusan yaitu berbasis hasil akhir, berbasis peraturan, dan berbasis rasa peduli. Agar keputusan yang diambil merupakan pilihan yang terbaik diantara yang baik, maka perlu dilakukan pengujian melalui 9 langkah, yaitu : mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan; menentukan siapa saja yang terlibat; mengumpulkan fakta-fakta yang relevan; pengujian benar atau salah yang di dalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola; pengujian paradigma benar lawan benar; pinsip pengambilan keputusan; investigasi opsi trilemma; buat keputusan; serta tinjau lagi keputusan anda dan refleksikan.

Hal yang di luar dugaan selama ini adalah bahwa dalam menghadapi persoalan, kita harus melakukan identifikasi dan pengujian sebelum mengambil sebuah keputusan. Ketika berhadapan dengan kasus bujukan moral, maka keputusan yang diambil adalah hal yang benar (meskipun tidak menguntungkan bagi kita). Namun pada kasus dilema etika, ini lebih kompleks karena harus melalui 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan. Selama ini yang dipahami adalah setiap keputusan akan menguntungkan atau merugikan, dan bermanfaat untuk sebagian atau semua pihak.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Tidak jarang kita menghadapi situasi bujukan moral maupun dilema etika. Sebelum mempelajari modul ini masih belum tergambar kedua situasi tersebut, yang diyakini hanya benar lawan salah saja. Paradigma yang dipahami dalam setiap pengambilan keputusan sebelumnya adalah akan menguntungkan atau merugikan, dan bermanfaat untuk sebagian atau semua pihak. Setelah mempelajari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin ini, pemahaman bertambah terkait dengan cara seorang pemimpin dalam mengambil sebuah keputusan. Pada akhirnya kita belajar untuk menjadi bijaksana.

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak dari mempelajari konsep pengambilan keputusan sangat besar bagi kami. Seperti disampaikan di atas bahwa sebelumnya dalam menghadapi sebuah situasi, yang ada di benak hanya benar lawan salah sehingga setiap keputusan yang diambil harus memilih yang benar. Namun pada kenyataannya situasi yang dihadapi tidak selamanya seperti demikian. Ada kalanya kita berhadapan dengan kasus dilema etika yang memerlukan pengujian dalam keputusan yang akan diambil. Namun setelah mempelajari modul ini, kami mendapat gambaran tentang cara pengambilan keputusan yang bijaksana, yang memilih benar diantara yang benar dan memilih benar yang paling benar.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai seorang individu kita juga sering dihadapkan dengan berbagai pilihan-pilihan. Dalam setiap mengambil keputusan kita harus teliti agar kita tidak salah dalam memilih sebuah pilihan. Ini disebabkan karena pilihan-pilihan tersebut seringkali akan mempengaruhi masa depan kita. Sebagai seorang pemimpin, setiap kebijakannya yang diambil berdampak terhadap banyak orang. Karena menyangkut banyak orang, setiap keputusan yang diambil harus merupakan pilihan terbaik dari yang ada.

Demikian koneksi antar materi modul 3.1 yang telah saya buat, semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Salam dan bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun