Garuda memang tengah didera isu tak sedap. Tapi Garuda punya kinerja yang mulai 'kinclong' di era Gusti Ngurah Askhara Danadiputra  atau Ari Askhara, Fitur Maskapai nasional itu yang kini telah diganti oleh seorang Plt, adalah fakta yang tak terbantahkan. Di era Ari Askhara sayap Garuda mulai mengepak, setelah sekian lama terus didera kinerja buruk. Utang bergunung. Terus merugi. Hingga hampir bangkrut.
Mau bukti? Hasil public expose pada hari Jumat 27 Desember 2019 yang digelar di Auditorium Gedung Manajemen Garuda City adalah bukti dari jejak kinclong Garuda di era Askhara. Public expose sendiri adalah ketentuan dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam public expose itu, Plt Dirut Garuda, Fuad Rizal dengan tegas menyatakan bahwa Garuda Indonesia berhasil mempertahankan kinerja positifnya. Bahkan secara berkelanjutan. Dan, ini tak lepas dari peran dan polesan tangan dingin Askhara saat jadi nakhoda di perusahaan maskapai nasional tersebut.
Bukti yang paling sahih adalah pembukuan laba bersih atau net income senilai 122,8 juta dolar Amerika Serikat. Atau tumbuh 211,4 persen dibandingkan  periode yang sama di tahun sebelumnya. Pencapaian ini tentunya tidak turun begitu dari atas langit. Tapi hasil kerja keras direksi dan manajemen Garuda.
Mulai kinclongnya Garuda, tentunya ditunjang oleh kian meningkatnya kinerja operasional perusahaan dibanding pencapaian dalam periode yang sama tahun sebelumnya. Sebagai bukti, adanya kenaikan total pendapatan operasi sebesar 10 persen menjadi 3,54 miliar dolar Amerika Serikat dari 3,22 miliar dolar Amerika. Bukti lainnya, Garuda juga berhasil mencatat pertumbuhan pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 8,9 persen menjadi 2,79 miliar dolar Amerika Serikat  dari sebelumnya 2,56 miliar dolar Amerika.
Garuda juga mencatatkan pertumbuhan passenger yield  menjadi 8,1 Usc dari sebemy 6,5 Usc.  Juga pertumbuhan cargo yield menjadi 42,2 Usc dari sebelumnya 29,5 Usc. Bukti lainnya dari mulai kinclongnya Garuda  di era Askhara adalah peningkatan On Time Performance (OTP) sebesar 2,6 poin menjadi 92,3 persen dari sebelumnya 89,7 persen.
Mengutip pernyataan Plt Garuda, Fuad Rizal di acara public expose, hingga penghujung tahun 2019, perusahaan menunjukkan pertumbuhan kinerja yang solid. Ini tentu pencapaian yang membanggakan, mengingat kondisi industri penerbangan saat ini yang cenderung melambat. Ya, walau tak disebutkan oleh Fuad, tapi Fuad secara tak langsung mengakui yang digantikannya adalah orang yang berhasil membuat performa perusahaan meningkat.
Diakui atau tidak, ada tangan dingin Askhara dalam kinerja Garuda yang kian kinclong itu. Mau diakui atau tidak, sentuhan tangan dingin Askhara sukses membuat Garuda kembali mengepakkan sayap. Tidak lagi terus menukik dan limbung dihajar kerugian demi kerugian. Didera performance kinerja yang buruk.
Tapi, apa daya, kadang kita ini suka atau gampang melupakan jasa besar yang telah ditorehkan, hanya karena setitik masalah. Ibaratnya, karena nila setitik, lupa sudah, kerja keras atau  jasa besar yang telah ditorehkan. Apa ini mental bangsa kita, bangsa yang mudah melupakan? Semoga tidak.
Padahal, banyak hasil menggembirakan yang ditorehkan Garuda selama periode 2018-2019. Ini periode Askhara jadi nakhoda perusahaan lho. Dan, membuat wajah Garuda kinclong  itu bukan pekerjaan mudah. Tapi pekerjaan maha berat. Sebagai contoh, tahun 2018, saham Garuda itu nilainya sempat melorot hanya Rp 230 saja. Tapi kemudian melesat sampai sampai posisi Rp 635. Sayang, pencapaian kinclong ini sepertinya gampang saja dilupakan.
Tapi yang menarik dicermati, selalu saja muncul saja 'badai' menerpa Garuda  saat maskapai nasional itu mulai berseri-seri. Entah mengapa begitu. Apa ada permainan untuk membuat Garuda itu murung selalu. Buruk rupa selalu. Entahlah.
Yang pasti, sebelum Ari Askhara terdepak karena kasus yang ramai sekarang ini, sempat menyeruak isu yang kurang enak didengar. Isu yang tak sedap pokoknya. Isu tak sedap itu, bahwa ada pihak yang punya agenda terselubung untuk menguasai saham Garuda. Â Caranya diduga lewat aksi "Hostile Take Over".Â
Makanya, kalau saham Garuda meroket, ini tak menyenangkan pihak yang punya hidden agenda  tersebut. Karena itu, bagaimana caranya, saham Garuda itu harganya rendah. Sehingga gampang untuk  di take over.
Karena itu pula, kalau Garuda bangkit, yang ingin menguasai ya tak senang. Apalagi kalau saham Garuda ini kian kinclong saja. Itu kian membuat tak senang, mereka yang ingin kuasai Garuda. Askhara yang didepak, telah membuat fondasi yang memberi jalan bagi penerusnya untuk membuat Garuda kian kinclong lagi. Garuda punya prospek. Pun, BUMN lainnya.
Harapan rakyat sebenarnya sederhana saja, Garuda dan BUMN lainnya, jangan jadi sapi perahan. Bahasa canggihnya jangan jadi cash cow. Jadi ATM-nya para petualang dan pemain politik.Â
Jadi bahan bancakan elit. Jangan sampai terjadi lagi seperti itu. Karena itu  penempatan CEO-CEO plat merah, pertimbangannya harus dan wajib didasarkan pada profesionalitas. Serta kapasitas. Bukan atas kepentingan kelompok atau golongan. Apalagi pesanan orang atau kelompok yang ingin menguasai Garuda atau BUMN lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H