Yang pasti, sebelum Ari Askhara terdepak karena kasus yang ramai sekarang ini, sempat menyeruak isu yang kurang enak didengar. Isu yang tak sedap pokoknya. Isu tak sedap itu, bahwa ada pihak yang punya agenda terselubung untuk menguasai saham Garuda. Â Caranya diduga lewat aksi "Hostile Take Over".Â
Makanya, kalau saham Garuda meroket, ini tak menyenangkan pihak yang punya hidden agenda  tersebut. Karena itu, bagaimana caranya, saham Garuda itu harganya rendah. Sehingga gampang untuk  di take over.
Karena itu pula, kalau Garuda bangkit, yang ingin menguasai ya tak senang. Apalagi kalau saham Garuda ini kian kinclong saja. Itu kian membuat tak senang, mereka yang ingin kuasai Garuda. Askhara yang didepak, telah membuat fondasi yang memberi jalan bagi penerusnya untuk membuat Garuda kian kinclong lagi. Garuda punya prospek. Pun, BUMN lainnya.
Harapan rakyat sebenarnya sederhana saja, Garuda dan BUMN lainnya, jangan jadi sapi perahan. Bahasa canggihnya jangan jadi cash cow. Jadi ATM-nya para petualang dan pemain politik.Â
Jadi bahan bancakan elit. Jangan sampai terjadi lagi seperti itu. Karena itu  penempatan CEO-CEO plat merah, pertimbangannya harus dan wajib didasarkan pada profesionalitas. Serta kapasitas. Bukan atas kepentingan kelompok atau golongan. Apalagi pesanan orang atau kelompok yang ingin menguasai Garuda atau BUMN lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H