Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Trip

Catatan Perjalanan Meliput ke Jatinangor

6 April 2018   17:33 Diperbarui: 6 April 2018   17:42 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, Rabu, 4 April 2018, saya hendak pergi ke Bandung, tepatnya ke Jatinangor. Bukan mau jalan-jalan, tapi ini tunaikan tugas kantor, memenuhi undangan meliput kegiatan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo yang akan menghadiri acara reuni akbar alumni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat.  Dari kemarin, Pak Acho Maddaremmeng Kepala Bagian Humas Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri (Humas Kemendagri) sudah memberitahu,bahwa pergi ke Bandung tak naik bis. " Kang kita ke Bandung, naik kereta,kelas ekonomi tapi. Enggak apa-apa ya," katanya.

Soal ke Jatinangor, Rangga Staf Pak Acho, kembali mengingatkan, agar sudah sampai di Kemendagri, paling lambat pukul satu siang. "Kita berangkat bareng ke stasiunnya Kang," kata Rangga mewanti-wanti.

Rabu, 4 April, pukul 10 pagi,  saya sudah siap berangkat. Mampir dulu ke warung burjo (bubur kacang ijo) langganan saya, yang letaknya tak jauh dari kompleks perumahan tempat saya tinggal. Pesan kopi, lalu ngobrol sebentar dengan si akang pelayan warung. Sempat ngobrol soal Persib. Si akang pelayan warung, memang Bobotoh sejati.

Segelas kopi habis sudah. Di luar hawa sudah menyengat,padahal baru pukul 10 pagi lewat. Hawa Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini memang tak bersahabat. Jika siang, panasnya seperti sedang marah. Begitu menyengat. Menjelang tengah hari, saya sudah tiba di kantor Kemendagri di Jalan Mereka Utara, tak jauh dari komplek Monumen Nasional (Monas).

Di antar mobil milik Kemendagri, saya dengan tujuh wartawan meluncur ke stasiun Gambir yang memang jaraknya tak begitu jauh. Hanya beberapa menit, kami sudah tiba di Stasiun Gambir. Waktu sudah menunjukan pukul 15.00 lebih saat kami tiba di Gambir. Setelah tiket sudah di tangan, kami segera masuk ke dalam stasiun. Kereta Parahyangan yang akan mengantar kami ke Bandung telah siap di jalur relnya. Setelah itu langsung masuk  ke gerbong kelas ekonomi.

Suasana dalam gerbong,sudah ramai dengan penumpang. Kondisi ruang penumpang dalam gerbong cukup bersih. Kursinya juga lumayan empuk, meski sedikit keras. Hanya saja, sandaran kursi tak bisa diatur alias statis. Jadi, kurang begitu nyaman, karena tak bisa rebahan sedikit pun.

Di dekat kursi, menempel dengan dinding gerbong ada dua colokan listrik yang sangat berguna bagi yang butuh menambah daya baterai handphone. Maka, begitu duduk, saya langsung mencolokkan kabel charger dengan maksud menambah daya baterai handphone. Duduk disebelah saya, Carlos, salah seorang wartawan yang juga ikut ke Bandung. Ia, wartawan koran Suara Pembaruan, salah satu koran yang usianya cukup tua di Indonesia. Carlos juga, begitu duduk langsung mencolokkan kabel charger dan mengecas handphonenya. " Biar bisa main mobile legend kang," kata Carlos.

Mobile Legend sendiri adalah nama game online yang memang tengah banyak digandrungi. Carlos salah satu orang yang gandrung dengan game tersebut. Hampir tiada hari tanpa main mobile legend. Wartawan lain yang juga ikut, duduknya saling berdekatan.

Sambil menunggu kereta berangkat, saya sempat membuka berita dari handphone. Berita tentang puisi Sukmawati Soekarnoputri yang dinilai menghina umat Islam, masih ramai diberitakan berbagai portal berita. Sukmawati sendiri sudah minta maaf. Beberapa kelompok masyarakat berniat mengadukan Sukmawati ke Mabes Polri karena dianggap telah melakukan penistaan agama dengan puisinya yang kontroversial itu.

Sambil duduk menyandar ke kursi penumpang, saya berharap, kegaduhan puisi Sukmawati bisa cepat reda. Sukmawati sudah minta maaf. Sebaiknya dimaafkan saja dan permasalahan tak diperpanjang. Apalagi jika kemudian diikuti oleh aksi demonstrasi, sama saja itu menambah gaduh. Terlalu banyak energi yang terbuang, jika terus larut dalam permasalahan itu. Toh, yang membuat puisi sudah minta maaf.

Tidak beberapa lama, sekitar pukul 15.30, badan kereta terasa bergoyang, lalu terdengar bunyi roda kereta gemeretak melindas rel, tanda kereta hendak berangkat. Dan, kereta pun berangkat meninggalkan Stasiun Gambir. Di dalam kereta, saya sempat menyantap menu nasi rames yang ditawarkan pramugari kereta yang cantik dengan seragam birunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun