Sayang hasil penelitian itu kalah gaung dengan stigma yang sudah melekat pada daging kambing. Mungkin bagi mereka yang telah memutuskan tali silahturahmi dengan daging kambing harus berpikir ulang. Mumpung masih suasana Idul Fitri, alangkah baiknya ucapkan Minal Aidzin Walfaidzin kepada kaum kambing. Mohon padanya, maaf lahir batin. Dan berhentilah 'menista' daging kambing.Â
Sekali lagi bagi yang sudah terlanjur meng-unfriend daging kambing dari daftar menu kuliner favorit, baiknya segera bertobat. Kalian telah jadi korban propaganda rezim daging sapi.Â
Nah, kalau kalian ingin tahu di mana tempat menyantap daging kambing yang enak, bisa tanya ke Menteri Tjahjo. Dijamin kalian akan dapat referensi sahih. Untuk urusan kuliner daging kambing, kualitas pengetahuan Menteri Tjahjo tak kalah dengan Bondan Winarno.
Kalau tak punya nomor handphone-nya bisa follow akun twitternya. Silahkan tanya, karena menteri yang satu ini enak diajak bicara. Tak pelit ngomong. Menteri Tjahjo bukan tipe menteri yang suka misuh-misuh hanya karena ketinggalan pesawat. Apalagi kalau tanya soal kuliner kambing, belio jagonya.Â
Saran saya, follow ulang daging kambing. Hidup hanya sekali. Rugi rasanya melupakan sensasi nikmat dari daging kambing. Apalagi hanya karena termakan fitnah keji. Coba bayangkan, di hadapan kalian terhidang sepiring berisi beberapa tusuk sate kambing. Sangat menggoda, dengan siraman kecap yang kental, irisan cabe, bawang dan tomat. Yakinlah perut akan menjerit histeris. Lalu di dekatmu juga terhidang semangkok sop kaki dan daging kambing yang sangat menggoda. Bikin lidah bergairah. Yakinlah, iman rasamu akan gampang runtuh.Â
Yang pasti kambing mboten sare dalam memberikan kenikmatan rasa. Maka berbahagialah orang -orang yang tak mendustakan nikmatnya daging kambing.
#Tulisan ini didedikasikan untuk Pak Tjahjo Kumolo dan Pak Acho Maddaremeng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H