Siap dengan referensi, adalah nasehat yang tak boleh diabaikan para pencari berita. Maksudnya, sebelum berangkat ke medan liputan, wartawan harus sudah bawa bekal sebakul referensi dan informasi terkait berita yang hendak dikejarnya.
Jangan sampai otak kosong, apalagi sama sekali tak punya bekal referensi. Bisa fatal akibatnya. Kesalahan dalam berita sangat mungkin terjadi. Mulai dari yang sepele, seperti salah tulis nama, sampai salah kutip, atau keliru menulis pangkat atau jabatan.
Bekal referensi, adalah bagian dari proses cek and ricek sebuah berita. Karena itu, ketika berita sudah selesai dibuat, jangan lantas langsung kirim ke redaktur. Cek ulang. Tes kembali dengan referensi yang telah dikantongi. Masih ragu, gampang saja, buka Mbah Google, cari referensi terpercaya. Sudah benar tidak? Bila telah yakin, baru berita di kirim ke redaktur. Intinya, jangan malas mengecek ulang. Jangan nafsu ingin cepat mengirim berita. Karena, acapkali kecerobohan tak terhindarkan, bila tak teliti. Bahkan untuk hal yang terlihat sepele.
Soal ini saya punya cerita. Suatu sore di sebuah ruangan yang biasa jadi tempat ngumpul para wartawan yang ngepos liputan di Kementerian Dalam Negeri, beberapa wartawan sibuk mengetik berita. Sore adalah jam deadline. Karena itu, semua sibuk dengan ketikannya. Saya salah satunya.
Saat sedang asyik-asyiknya mengetik berita, seorang wartawan dari sebuah media cetak grupnya media punya Dahlan Iskan, tiba-tiba melontarkan pertanyaan. " Badrodin Haiti itu pangkatnya Kombes atau apa yah?"
Semua yang mendengar pertanyaan itu, berkerut kening. Sampai kemudian ada wartawan nyeletuk. " Lho kau tak tahu Kapolri pangkatnya apa?"
Wartawan lain ikut pula menimpali. " AKBP pangkatnya ha.ha.ha."
Wartawan itu hanya bercanda, atau menggoda si pelempar tanya. Mungkin merasa aneh saja, sampai tak tahu Badrodin Haiti Kapolri saat ini pangkatnya apa. Wartawan yang tak tahu pangkatnya Kapolri pun jadi bahan 'olok-olokkan' wartawan lain. Ada yang bilang, Badrodin pangkatnya Kopral, Kompol dan lain-lan.
" Cek Google bro..", tiba-tiba terdengar seorang wartawan memberi saran.
Wartawan si pelempar tanya, sepertinya mengikuti saran tersebut. Ia mengecek via Google. " Oh Jenderal yah," celetuknya sambil tersipu malu.
Cerita lain, soal tak hapal kepanjangan singkatan sebuah direktorat. Di Kementerian Dalam Negeri itu, ada sebuah direktorat jenderal. Direktorat itu dikalangan wartawan biasa di singkat Ditjen Polpum, kepanjangan dari Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum.
Nah, suatu ketika Ditjen Polpum menggelar acara. Beberapa wartawan meliputnya. Salah satu yang diwawancara di acara itu adalah Pak Soedarmo. Dia Dirjen Polpum. Sampai suatu ketika, ada wartawan yang mengingatkan wartawan lainnya. Sepertinya, si wartawan itu, membaca berita yang dibuat temannya. " Bos, Polpum itu, bukan politik dan hukum. Tapi politik dan pemerintahan umum," katanya.
Ternyata temannya itu, seorang wartawan sebuah media online menulis kepanjangan dari Polpum itu adalah politik dan hukum, bukan politik dan pemerintahan umum. Untungnya berita tersebut belum dikirim ke redakturnya. Dan, untungnya lagi ada yang mengingatkan. Nah, itulah pentingnya mengecak kembali berita yang dibuat. Kan, tengsin juga, untuk masalah yang terlihat sepele, ternyata salah juga.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H