Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Berita Po An Tui, Saat Media Hanya Jadi 'Tukang Tuding'

1 Maret 2016   14:39 Diperbarui: 1 Maret 2016   15:17 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sayang, referensi sejarah dianggap remeh. Padahal, berita yang ditulis adalah kisah tentang sebuah sejarah, yang mutlak butuh referensi. Dengan ceroboh Posmetro.info menyimpulkan. Dengan gegabah pula, Posmetro.info, menuliskan berita 'sejarah' yang menyesatkan. Berita mereka pun tak lebih dari propaganda.

Sialnya, berita kadung dilempar ke ruang publik. Dan, berita 'sesat' itu pun disambar oleh mereka yang boleh jadi belum mengetahui sejarah yang terjadi di masa lalu. Saya pun hanya bisa bertanya, apa karena itu berbau Cina atau Tiongkok, lantas semuaya dianggap salah? Kadang kita tak adil dalam memandang sebuah kelompok. Kita kadang lupa, bahwa republik ini, tak semata di dirikan, dibela dan di rawat oleh hanya satu etnis. Ada etnis Jawa, Sunda, Madura, Dayak, bahkan etnis Cina, yang membela republik ini. Bahwa ada segelintir etnis Cina yang kemudian berkolaborasi, atau katakanlah pro Belanda ketika itu, bukan berarti jadi sebuah justifikasi, tak ada etnis Cina yang berperan dalam perjuangan menegakkan republik ini.

Saya pernah baca sebuah artikel di Tempo, tentang dokter berdarah Cina, yakni dokter Oen Boen Ing yang tanpa pamrih membela republik, meski tak lewat angkat senjata. Lewat kliniknya, dokter Cina itu, tanpa takut mengobati pejuang republik yang terluka.

Kenapa kemudian situs berita seperti Posmetro.info, Bpost.id dan beberapa situs berita lainnya dengan ceroboh mengkaitkan Po An Tui dengan monumen yang diresmikan Menteri Tjahjo? Saya kira, ada beberapa kemungkinan kenapa seperti itu. Pertama, mereka hanya mengejar sensasi, bahwa ketika 'menghantam' menteri atau pejabat, atau bahkan Presiden, berita akan terlihat gagah. Kedua, ada kepentingan sempit yang sedang digelorakan media-media tersebut. Saya tak tahu, apa kepentingan sempit itu. Apakah, karena Menteri Tjahjo, bukan bagian kelompok mereka? Atau apakah Jokowi, bukanlah Presiden yang dulu mereka dukung, sehingga sekali ada celah, langsung dihantam dengan membabi buta. Ini hanya dugaan saya. Sangat mungkin saya pun keliru.

Namun terlepas dari semua itu, berita yang dimuat di beberapa situs berita tentang Po An Tui itu menurut saya memiliki banyak kelemahan. Kelemahan pertama, media-media tersebut tak mengkonfirmasi ulang kepada Menteri Tjahjo yang mereka 'hantam'. Kedua, tak ada narasumber kedua (pendukung) yang juga mereka konfirmasi, misalnya panitia peresmian monumen, atau minimal pihak TMII sendiri. Ketiga, tak ada narasumber yang kompeten, terutama sejarawan. Keempat, berita tersebut lemah dari sisi referensi. Kelima, berita itu, sungguh ceroboh dan gegabah. Pada akhirnya, karena malas membekali diri dengan referensi, informasi pun jadi menyesatkan. Akibatnya, banyak yang salah menafsirkan. Banyak yang salah mengartikan. Ujungnya, muncul reaksi karena informasi yang salah. Ini yang berbahaya. Konflik bisa meletus, karena kecerobohan atau mungkin karena 'kebodohan' media dalam membewarakan informasi. Maka, Pak Bagir Manan, Ketua Dewan Pers selalu mewanti-wanti, di era digital kedalaman berita dan akurasi fakta yang dibutuhkan. Bukan berita yang semata mengejar kecepatan. Apalagi sensasi. Kalau seperti itu, apa bedanya mereka dengan 'koran kuning' atau tukang gosip.

#Dimuat juga di Indonesiana.tempo.co dengan judul," Berita Po An Tui yang Menyesatkan," Selasa, 1 Maret 2016

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun