Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Duka Tukang Bajaj, Bayar Timer Juga 'Sangoni' Oknum Polisi

18 September 2015   01:54 Diperbarui: 18 September 2015   16:31 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi tak gratis, kata dia, tetap saja supir bajaj yang harus menanggung biayanya. Maka tiap hari si supir bajaj itu urunan, mensubsidi si timer dan polisi yang minta uang rokok.

" Ya semacam uang keamananlah. Biar kita amanlah kalau misalnya ngetem di ITC, atau di Pasar Mayestik, katanya. Dua tempat yang disebutknnya, ITC adalah sebuah pusat pertokoan di jalan Fatmawati, sementara Pasar Mayestik adalah pasar tradisional di bilangan Jakarta Selatan. Dua tempat itu adalah tempat favorit bagi supir bajaj ngetem mencari penumpang.

Agar aman, dan tak di usir-usir, memberi subsidi adalah cara mengatasinya. Berapa besarannya, Mulyanto menyebutkan untuk subsidi bagi timer, tiap hari sebesar 2000 per sipir bajaj. Itu hanya untuk timer saja.

" Sekali ngetem bisa 2000 rupiah. Bila ada polisi yang minta jatah, ya kita bayar lagi, patungan 1000 sampai 2000 lagi satu orangnya," kata dia.

Padahal, yang ngetem itu bisa belasan hingga puluhan bajaj. Walau si roda tiga itu, kendaraan marginal, dengan suara mesin yang memekakan telinga, dan kepulan asap pekat dari knalpotnya, tapi harga jual masih memikat. Bajaj yang mulus, kata Mulyanto, harganya bisa 20 jutaan. " Yang agak jelek-jelek, ya 17 jutaanlah," kata dia.

Dulu, kata Mulyanto, harga bajaj sempat melorot. Kala itu, pemerintah melansir moda transportasi yang niatanya, mengganti si roda tiga, yakni bajaj dengan BBM dan si roda tiga, yang dinamai si kancil.

" Wah, mas, waktu itu bajaj yang bagus saja harganya 15 juta. Sekarang naik lagi harga bajaj," ujarnya.

Pada akhirnya memang, bajaj dari negeri Paman Gandhi yang menang dalam persaingan. Tetap bertahan, bahkan saudara mudanya, bajaj BBG dan si kancil harus minggir. Gaungnya kini tak terlalu sekencang saat awal dilansir pemerintah ibukota waktu itu.

Dari sisi uang setoran, bajaj BBG juga kelasnya beda. Setoran penarik bajaj BBG, satu hari bisa 120 ribuan. Tarifnya pun beda dengan bajaj dari negeri India, meski menempuh jarak yang sama. Suara bajaj BBG pun halus, tak segahar bajaj biasa.

Bagi Toid, bajaj adalah sumber kehidupan. Kecepatan maksimal dari tarikan gas bajaj, adalah 70 kilometer per jam, secepat itu pula, penghasilan dari menarik bajaj. Tapi dengan itu pula, ia mengasapi dapur keluarga, untuk makan, dan biaya sekolah anak.

Bajaj, jadi alat bertahan Toid dan banyak Toid lainnya di Jakarta. Toid sendiri, menjatuhkan pilihan bertahan di Jakarta dengan bajaj, sejak Soeharto lengser. Awalnya ia supir angkot. Tapi ia hijrah ke bajaj, setelah mendengar dari si roda tiga, pundi rejeki lebih banyak di bawa ke rumah. Hingga sekarang ia setia dengan bajajnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun