" Jatuhnya, kalau pakai setoran tiap hari bisa 1,5 juta per bulan. Kan tak hanya setoran, kita juga kalau pakai harian, harus juga membeli oli bajaj. Dua kaleng per harinya ke yang punya bajaj. Jadi total setoran dengan beli olinya itu, bisa 50 ribuan itu, " urainya.
Namun, kalau memilih sewa harian, si supir bajaj, kata Mulyanto, tak usah pusing memikirkan biaya perbaikan, andai bajajnya itu ada kerusakan. Juragan bajajnya nanti yang memperbaiki.
" Kalau ada kerusakan ya santai saja, juragannya yang memperbaiki, kan punya mekanik juga dia," kata Mulyanto.
Saat ditanya, soal ketersediaan onderdil, jika bajajnya rusak, Toid mengatakan, tak terlalu susah mendapatkannya.
" Kan onderdilnya sama dengan vespa," kata dia.
Bahkan kata dia, di bilangan daerah Cipete, ada toko yang khusus menyediakan onderdil bajaj. " Mas, kalau ke daerah Cipete, di jalan Abdul Majid itu ada toko khusus onderdil bajaj," katanya. Jalan Abdul Majid, adalah sebuah ruas jalan di daerah Cipete.
Mulyanto kembali nimbrung. Ia menambahkan informasi dalam dunia si roda tiga. Kata Mulyanto, ada orang yang banyak membantu para supir bajaj. Namanya, timer.
" Ya dia itu, yang ngatur-ngatur para supir bajaj, misalnya yang ngetem di sebuah pertokoan, tempat mangkal kita," kata dia.
Si timer itulah, yang mengatur antrian bajaj yang mangkal. Biasanya tempat mangkal yang bajaj, seperti halaman depan pertokoan atau pasar selalu ada orang yang menjabat sebagai timer. Tapi tugas timer tak hanya itu.
" Dia juga yang ngatur-ngatur kalau berurusan dengan polisi," kata dia.
Maklum, kata Mulyanto sambil terkekeh, polisi kerap meminta sekedar uang rokok. Nah, urusan itu yang jadi kewenangan si timer. Nanti si timer yang berurusan dengan 'oknum polisi' yang kerap meminta 'jatah' itu.