Saya pun berpikir genit, katakanlah Pak Walikota Nur Mahmudi itu benar-benar tak makan nasi, sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkannya. Dan hanya makan singkong dengan parutan keju. Ya, pasti enak singkong ditaburi parutan keju dan di siram gula merah cair atau susu coklat.
Tapi gimana dengan si pulan misalnya, petugas kebersihan di Depok. Apa karena harus patuh pada perintah atasan lantas bela-belain membeli keju dan susu coklat agar acara makan singkongnya tak membosankan. Lha, gajinya saja sudah minim, apa mau si Pulan menghabiskan penghasilannya hanya untuk beli keju?
Kalau saya jadi pegawai di Pemkot Depok, saya pasti akan mendumel dan menggerutu kesal. Dan akan mengumpat Pak Walikota dalam hati. Untung saya bukan pegawai di Pemkot Depok, sehingga tak tersiksa di hari larangan makan nasi.. Untung..untung..
Dan andai nanti kebijakan 'politik kuliner' itu akan diberlakukan untuk semua penduduk Depok-kebetulan saya tinggal di Depok- saya bakal menentangnya. Bagi saya dengan makan nasi, mungkin saya ikut membantu para petani kita. Tentu dengan catatan tidak makan nasi dari beras impor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H