Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kurikulum Belatung

11 Juni 2023   10:00 Diperbarui: 12 Juni 2023   10:37 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pihak mana saja yang hendak memanipulasi hal itu dengan memberi sejumlah materi, sudah pasti mereka akan mudah gugur dengan sendirinya. Sebab dapat dipastikan ketiga dharma tersebut akan sulit untuk diterapkan.

Di tengah-tengah acara seminar tersebut Profesor Belatung menjelaskan, "Kita tidak perlu memprotes pada Tuhan kenapa kita harus diciptakan dalam keadaan yang seperti ini, sebab bentuk ini pun ternyata ada manfaatnya."

"Di antara manfaatnya adalah ternyata bentuk kita ini sangat imut, sehingga akan mengundang selera makan para burung untuk mematuknya." Profesor Belatung menambahkan. 

"Bukankah hal ini justru akan membahayakan keselamatan kita, Prof?" seorang peserta yang bergelar PhD mencoba mengklarifikasi. 

"Jelas tidak. Sebab manakala ini terjadi, maka ini adalah bagian dari dharma kita dalam rantai makanan. Jadi, kita tidak perlu takut apalagi menyesalinya." Profesor Belatung menjawab dengan tenang. 

"Selanjutnya, mengenai makanan kita yang sangat akrab dengan hal-hal yang berbau amis dan menjijikkan, kita pun tidak perlu mengeluhkan hal ini kepada Tuhan. Sebab ternyata ada makhluk lain yang makanannya lebih menjijikkan dari kita. Sudah tahukah kalian?"

"Tidak tahu, Prof." Semua peserta seminar menjawab secara serentak.

"Mereka adalah manusia. Coba kalian telusuri data dan hasil penelitian sebelumnya, sebagian besar dari mereka ada yang saling memakan satu dengan yang lain hanya untuk mempertahankan eksistensi mereka. Bukankah keadaan ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kebudayaan kita."

"Kenapa demikian, Prof?" seorang peserta seminar yang bergelar magister ingin tahu. 

"Sebab saat kita memakan sesuatu itu adalah sebagai tugas dan kesadaran kita sebagai makhluk yang cinta dengan kebersihan. Kita tidak tega manakala lingkungan kita menjadi tidak bersih gara-gara ada bangkai atau sisa-sisa makanan yang dibuang sia-sia. Bukankah Tuhan sendiri sangat cinta dengan para hamba-Nya yang memperhatikan kebersihan?"

"Benar, Prof." jawab seluruh belatung dengan memanggut-manggutkan badan imut mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun